Senin, 14 Februari 2011

Analisis Laporan Keuangan Sebagai Salah satu Alat Untuk menilai Tingkat Keberhasilan Kinerja Manajemen Keuangan Pada PT. Surabaya Wire-Gresik

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi untuk menunjang keberhasilan
pembangunan di Indonesia, partisipasi dari semua sektor sangat diperlukan termasuk sector
swasta. Pemerintah mempunyai andil besar dalam membantu terwujudnya kondisi ekonomi
yang mantap dan stabil. Sesuai dengan perkembangan perekoonomian yang pesat serta
kemajuan teknologi dan industri pada umumnya. Jika perusahaan dituntut untuk
mempertahankan kelangsungan usahanya. Jka perusahaan telah menjalankan usahanya secara
efisisen, maka dapat dikaitkan bahwa perencanaan yang dibuat oleh manajer telah berhasil.
Seorang manajer atau analis yang melakukan berbagai analisis keuangan biasanya
mempunyai tujuan spesifik. Selama proses analisis, analis menggunakan laporan keuangan,
analisis khusus, basis data, dan sumber informasi lainnya untuk membuat pertimbangan yang
masuk akal tentang kondisi masa lalu, sekarang dan prospek dari usaha serta efektivitas
manajernya.
Terdapat berbagai teknik analisis, termasuk berbagai rasio keuangan, yang dapat
digunakan melakukan penilaian kinerja sebuah perusahaan. Akan tetapi perlu disadari bahwa
teknik yang berbeda akan sesuai untuk tujuan yang berbeda. Dalam analisis keuangan sering
kali terdapat hambatan untuk menghitung semua angka, padahal biasanya hanya terdapat
beberapa hubungan yang akan menghasilkan informasi dan pandangan yang betul-betul
dibutuhkan oleh analis.
Penilaian kinerja melalui laporan keuangan yang didapatkan pada data dan kondisi
masa lalu sulit untuk mengekstrapolasikan ekspektasi masa depan. Namun kita harus ingat
bahwa hanya masa depan yang dapat dipengaruhi oleh keputusan yang diambil hari ini
sebagai hasil dari analisis keuangan.
Tidak ada analisis untuk menilai kinerja perusahaan yang dapat member jawaban
mutlak. Setiap pandangan yang diperoleh bersifat relatif, karena kondisi dan operasi
perusahaan sangat bervariasi dari suatu peusahaan ke perusahaan lain, dari satu industry ke
industry lain. Perbandingan dan standar berdasarkan kinerja masa lalu merupakan hal yang
1 | Dian Nurfitriani
sangat sulit dalam perusahaan yang sangat besar, multi usaha konglomerat, dimana informasi
spesifik menurut setiap lini usaha biasanya terbatas.
Ukuran kinerja bekerja dengan baik bila diterapkan pada keseluruhan entitas usaha,
dimana investasi, operasi dan pembiayaan secara kolektif dikendalikan serta dikelola ileh
suatu tim manajemen.
Dari uraian diatas penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan mengambil
judul “Analisis Laporan Keuangan Sebagai Salah satu Alat Untuk menilai Tingkat
Keberhasilan Kinerja Manajemen Keuangan Pada PT. Surabaya Wire-Gresik”.
1.2 Identifikasi Masalah
Adapun masalah-masalah yang dapat dididentifikasikan sehubungan dengan penelitian ini
adalah :
1. Bagaimana menggunakan rasio-rasio keuangan?
2. Bagaimana penyajian laporan keuangan yang baik?
3. Hal-hal apa saja yang harus diperhatikan dalam analisis laporan keuangan?
1.3Tujuan Dan Kegunaan Makalah
1. Tujuan Makalah
Tujuan diadakannya penulisan makalah ini antara lain adalah sebagai berikut :
a) Untuk menyediakan informasi yang menyangkut kinerja serta perubahan
posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar
pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomi.
b) Menunjukan apa yang dilakukan manajemen (stewardship), atau
pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang dipercayakan
kepadanya.
c) Memberikan informasi mengenai penerimaan dan pembayaran kas perusahaan
selama periode tertentu.
d) Memberikan informasi mengenai efek kas dari tiga kategori aktivitas investasi,
aktivitas pendanaan, aktivitas operasi.
2 | Dian Nurfitriani
2. Kegunaan Makalah
Penulis berharap agar hasil penelitian yang disajikan dalam penulisan makalah ini
dapat member manfaat bagi :
a) Investor : penanaman modal dan penasihat mereka berkepentingan dengan risiko
yang melekat serta hasil pengembangan diri investasi yang mereka
lakukan.mereka membutuhkan informasi untuk membantu menentukanapakah
harus membeli, menahan, atau menjual invetsasi tersebut. Pemegang saham juga
tertarik pada informasi yang memungkinkan mereka untuk menilai kemampuan
perusahaan untuk membayar deviden.
b) Karyawan : karyawan dan kelompok yang mewakili mereka tertarik pada
informasi mengenai stabilitas dan profitabilitas perusahaan, juga tertarikdengan
informasi untuk menilai kemampuan perusahaan dalam memberikan balas jasa,
imbalan pasca keja dan kesempatan.
c) Pemberi pinjaman : pemberi pinjaman tertarik dengan informasi keuangan yang
memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah pinjaman serta bunganya dapat
dibayar pada saat jatuh tempo.
d) Pemasok dan kreditur usaha lainnya : pemasok dan kreditur usaha lainnya tertarik
dengan informasi yang memungkinkan merekauntuk memutuskan apakah jumlah
yang kewajibannya akan dibayar pada saat jatuh tempo. Kreditur usaha
berkepentingan pada perusahaan dalam tenggang waktu yang lebih pendek
daripada pemberi pinjaman kecuali kalau sebagai pelanggan utama mereka
bergantung pada kelangsungan hidup perusahaan.
e) Pelanggan : para pelanggan berkepentingan dengan informasi mengenai
kelangsungan hidup peusahaan, terutama kalau mereka lerlibat dalam perjanjian
jangka panjang dengan, atau bergantung pada perusahaan.
f) Pemerintah : pemerintah dan berbagai lembaga yang berada dibawah
kekuasaannya berkepentingan dengan alokasi sumber daya dan karena itu
berkepentingan dengan aktivitas perusahaan. Mereka juga membutuhkan
informasi untuk mengatur aktivitas perusahaan, menetapkan kebijakan pajak, dan
sebagai dasar menyusun statistic pendapatan nasional dan statistic lainnya.
3 | Dian Nurfitriani
g) Masyarakat : peusahaan mempengaruhi anggota masyarakat dalam berbagai cara.
Misalnya : perusahaan dapat memberikan kontribusi berarti pada perekonomian
nasional, termasuk jumlah orang yang dipekerjakan dan perlindungan kepada
penanam modal domestic. Laporan keuangan dapat membantu masyarakat dengan
menyediakan informasi kecendrungan (tren) dan perkembangan terakhir
kemakmuran perusahaan dan rangkaian aktivitasnya.
4 | Dian Nurfitriani
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Laporan Keuangan
Di bawah ini terdapat beberapa pengertian laporan keuangan antara lai sebagai berikut:
1. Menurut Drs. S. Munawir
Laporan keuangan adalah hasil dari proses Akuntansi yang dapat digunakan
sebagai alat untuk berkomunikasi antara data keuangan atau aktivitas suatu
perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan data atau aktivitas
perusahaan tersebut.
2. Menurut Drs. Djarwanto P.S
Laporan keuangan adalah hasil dari proses Akuntansi yang dapat digunakan
sebagai alat untuk berkomunikasi dengan pihak-pihak yang berkepentingan
dengan kondisi keuangan dan hasil operasi perusahaan.
Pada kesimpulannya Laporan Keuangan (Financial Statement) merupakan ikhtisar
mengenai keadaan keuangan suatu perusahaan pada suatu saat tertentu dan sebuah laporan
yang diterbitkan oleh perusahaan bagi pemakai laporan keuangan. Laporan ini memuat
laporan keuangan dasar dan analisis manajemen atas operasi tahun lalu dan pendapat
mengenai prospek-prospek perusahaan di masa yang akan datang.
Laporan keuangan secara garis besar dibedakan menjadi 4 macam, yaitu laporan
neraca, laporan laba-rugi, laporan perubahan modal dan laporan aliran kas. Dari keempat
laporan keuangan tersbut dapat diringkas lagi menjadi 2 macam, yaitu laporan neraca dan
laporan laba-rugi saja. Hal ini karena laporan perubahan modal dan laporan aliran kas pada
akhirnya akan diikhtisarkan dalam laporan neraca dan atau laporan laba-rugi. Oleh karena itu,
analisis laporan keuangan yang akan dibahas pada bab ini difokuskan pad analisis laporan
neraca yang selanjutnya disebut neraca dan laporan laba-rugi yang selanjutnaya disebut labarugi.
1. Neraca (Balance Sheet)
5 | Dian Nurfitriani
Neraca merupakan laporan yang menggambarkan jumlah kekayaan (harta),
kewajiban (hutang), dan modal suatu perusahaan tertentu. Neraca biasanya
disusun pada akhir tahun (31 desember). Kekayaan atau harta disajikan pada sisi
aktiva, sedangkan kewajiban atau hutang dan modal sendiri disajikan pada sisi
pasiva. Dengan demikian dalam neraca dapat dilihat bahwa:
2. Laporan Laba-Rugi (Income Statement)
Laporan laba-rugi merupakan laporan yang menggambarkan jumlah penghasilan
atau pendapatan dan biaya dari suatu perusahaan pada periode tertentu.
Sebagaimana halnya neraca, laporan laba-rugi biasanya juga disusun setiap akhr
tahun (31 Desember). Dalam laporan ini disususn penghasilan dan biaya yang
terjadi selama satu tahun, yaitu mulai tanggal 1 januari – 31 Desember tahun yang
bersangkutan. Dari laporan laba-rugi ini akan diperoleh laba atau rugi perusahaan.
Apabila penghasilan lebih besar dari biaya akan terjadi laba, sedangkan jika
penghasilan lebih kecil dari biaya maka perusahaan mengalami kerugian. Oleh
karena itu, apabila neraca menunjukan posisi keuangan pada saat tertentu, maka
laporan laba-rugi menunjukan laba atau rugi perusahaan selama periode tertentu.
Dengan demikian laporan laba-rugi dapat diformulasikan bahwa:
Dari laporan keuangan neraca dan laba rugi dapat
dihasilkan beberapa laporan yaitu laporan laba ditahan, laporan sumber dan penggunaan
dana, dan laporan aliran kas.
2.2 Pengertian Analisis Laporan Keuangan
Melakukan ridwan dan Inge (2003:128) Analisa laporan keuangan merupakan suatu
informasi yang ditujukan untuk masyarakat, pemerintah, pemasok, dan kreditur, pemilik
perusahaan/pemegang saham, manajemen perusahaan, investor, pelanggan dan karyawan
yang diperlukan secara tetap untuk mengukur kondisi dan efisiensi operasi perusahaan.
Analisa dari laporan keuangan ini bersifat relatif karena didasarkan pada pengetahuan dan
menggunakan rasio atau nilai relatif. Analisis Laporan Keuangan merupakan analisis
6 | Dian Nurfitriani
Kekayaan = Hutang+Modal Sendiri
Laba = Penghsilan-Biaya
mengenai kondisi keuangan suatu perusahaan yang melibatkan neraca dan laba-rugi. Juga
merupakan proses yang penuh pertimbangan dalam rangka membantu mngevaluasi posisi
keuangan dari hasil operasi perusahaan pada masa sekarang dan masa lalu, dengan tujuan
untuk menentukan estimasi dan prediksi yang paling mungkin mengenai kondisi dan kinerja
perusahaan pada masa mendatang. Analisa laporan keuangan sebenarnya banyak sekali
namun pada penelitian kali ini penulis menggunakan analisa rasio keuangan karena analisa
ini lebih sering digunakan dan lebih sederhana.
Untuk melakukan analisis rasio keuangan, diperlukan perhitungan rasio-rasio
keuangan yang mencerminkan aspek-aspek tertentu. Rasio-rasio keuangan mungkin dihitung
berdasarkan atas angka-angka yang ada dalam neraca saja, dalam laporan keuangan rlabarugi
saja, atau pada neraca dan laba-rugi. Setiap analisis keuangan bisa saja merumuskan
rasio tertentu yang dianggap mencerminkan aspek tertentu. Karena itu pertanyaan pertama
yang perlu dijawab adalah aspek-aspek yang akan dinilai. Pemilihan aspek-aspek yang akan
dinilai perlu dikaitkan dengan tujuan analisis. Apabila analisis dilakukan oleh pihak kreditur,
aspek yang dinilai akan berbeda dengan penilaian yang dilakukan oleh calon pemodal.
Kreditur akan lebih berkepentingan dengan kemampuan perusahaan melunasi kewajiban
finansial tepat pada waktunya, sedangkan pemodal akan lebih berkepentingan dengan
kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan.
2.3 Tujuan Analisis Laporan Kuangan
Menurut Budi Raharjdjo (2001:85) adalah untuk membantu pemakai dalam
memperkirakan masa depan dengan cara membandingkan, mengevalusai, dan menganalisis
kecendrungan.
2.4 Kegunaan Analisis Rasio Keuangan (Use of Financial Ratio)
Analisis rasio keuangan merupakan suatu cara yang membuat perbandingan data
keuangan peusahaan menjadi lebih berarti. Rasio keuangan menjadi dasar untuk menjawab
beberapa pertanyaan penting mengenai kesehatan keuangan perusahaan yang meliputi antara
lain : Likuiditas, rentabilitas, solvabilitas, kemampuan manajemen mendanai Investasinya,
hasil yang diperoleh pemegang saham dari investasi yang dilakukan oleh perusahaan.
Kinerja keuangan suatu peusahaan sangat bermanfaat bagi berbagai pihak
(Stakeholders) seperti investor, kreditur, analisis, konsultan keuangan, pialang, pemerintah
dan pihak manajemen sendiri. Laporan keuangan berupa neraca dan laporan laba-rugi dari
7 | Dian Nurfitriani
suatu perusahaan, bila disusun secara baik dan akurat dapat memberikan gambaran keadaan
yang nyata mengenai hasil atau prestasi yang telah dicapai oleh suatu perusahaan selama
kurun waktu tertentu. Keadaan inilah yang akan digunakan untuk menilai kinerja perusahaan.
Laporan keuangan yang baik dan akurat dapat menyediakan informasi yang berguna
antara lain dalam :
· Pengambialan keputusan investasi
· Keputusan pemberian kredit
· Penilaian aliran kas
· Penilaian sumber-sumber ekonomi,
· Melakukan klaim terhadap sumber-sumber dana
· Menganalisis perubahan-perubahan yang terjadi terhadap sumber-sumber dana
· Menganalisis penggunaan dana
Selain itu laporan keuangan yang baik juga dapat menyediakan informasi posisi
keuangan dan jkinerja keuangan masa lalu, masa sekarang, dan meramalkan posisi dan
kinerja keuangan di masa yang akan datang.
Analisis laporan keuangan yang banyak digunakan adalah analisis tentang rasio
keuangan. Berdasarkan sumber analisis, rasio keuangan dapat dibedakan :
a. Perbandingan internal (internal comparison), yaitu membandingkan rasio pada saat ini
dengan rasio pada masa lalu dan masa yang akan datang dalam perusahaan yang sama.
b. Perbandingan eksternal (eksternal comparison) dan sumber-sumber rasio industri,
yaitu membandingkan rasio perusahaan dengan perusahaan-perusahaan sejenis atau
dengan rata-rata industry pada saat yang sama.
Analisa rasio keuangan juga dibedakan berdasarkan laporan keuangan yang dianalisis,
yaitu analisis secara individual dan analisi silang. Analisis individual dimaksudkan sebagai
analisis yang dilakukan pada unsure-unsur yang ada pada salah satu laporan keuangan,
misalkan analisis rasio bagi unsur-unsur yang ada pada neraca saja atau laba-rugi saja.
8 | Dian Nurfitriani
Sedangkan analisis silang merupakan analisis rasio yang melibatkan unsur-unsur yang ada
pada kedua laporan tersebut digabungkan untuk mendapatkan suatu rasio tertentu.
2.5 Jenis-Jenis Rasio (Types Of Ratio)
Secara garis besar ada 4 jenis rasio yang dapat digunakan untuk menilai kinerja
keuangan perusahaan, yaitu rasio likuiditas, rasio aktivitas, rasio leverage, dan rasio
profitabilitas (rentabilitas). Keempat jenis rasio tersebut dijelaskan sebagai berikut :
a) Rasio likuiditas (liquidity ratio), yaitu rasio yang menunjukan hubungan hubungan
antara kas perusahaan dan aktiva lancar lainnya dengan hutang lancer. Rasio
likuiditas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi
kewajiban-kewajiban finansialnya yang harus segera dipenuhi atau kewajiban
jangka pendek.
b) Rasio aktivitas ( activity ratio) atau dikenal juga sebagai rasio efisiensi, yaitu yang
mengukur efisiensi perusahaan dalam menggunakan asset-asetnya.
c) Rasio leverage fiansial (financial leverage ratio), yaitu rasio yang mengukur
seberapa besar banyak perusahaan menggunakan dana dari hutang (pinjaman).
d) Rasio keuntungan (profitability ratio) atau rantabilitas, yaitu yang menunjukan
kemampuan perusahaan untuk memperoleh keuntungan dari penggunaan
modalnya.
2.6 Analisis Common Size
Analisis common size dilakukan dengan cara merubah angka-angka yang ada di dalam
neraca dan laporan laba-rugi menjadi presentase berdasarkan angka tertentu. Untuk angkaangka
yang ada di neraca, commont size (angka dasar)-nya adalah total aktiva. Dalam hal ini
total aktiva dianggap memiliki angka dasar 100%. Sedangkan untuk laporan laba-rugi, maka
penjualan digunakan sebagai angka dasar yang bernilai 100%.
Penyajian dalam bentuk common size akan mempermudah pembaca laporan keuangan
memperhatikan perubahan-perubahan yang terjadi dalam neraca.
9 | Dian Nurfitriani
10 | Dian Nurfitriani
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Jenis-jenis Rasio
Untuk memperjelas pemahaman mengenai analisis rasio, berikut ini memberikan
contoh laporan keuangan yang terdiri dari laporan neraca dan laporan laba-rugi dari
perusahaan PT. Surabaya Wire-Gresik sekaligus dengan analisis rasio keuangannya.
Perusahaan Surabaya Wire-Gresik
Neraca 31 Desember 1999,2000
(dalam Rp)
Tahun 1999 Tahun 2000
AKTIVA
Kas 1.424.000 1.400.000
Piutang dagang 5.632.000 5.920.000
Persediaan 10.632.000 9.880.000
Biaya yang dibayar di muka 168.000 136.000
Piutang pajak 280.000 232.000
Aktiva lancar 17.928.000 17.568.000
Aktva tetap 12.768.000 12.304.000
Minus : Akumulasi penyusutan (6.856.000) (6.328.000)
Aktiva tetap bersih 5.912.000 5.976.000
Aktiva tetap lainnya 2.160.000 1.640.000
Total Aktiva 26.000.000 25.184.000
HUTANG DAN MODAL SENDIRI
Hutang bank dan hutang wesel 3.584.000 2.848.000
Hutang dagang 1.184.000 1.088.000
Hutang pajak 288.000 1.016.000
Hutang lancer lainnya 1.528.000 1.312.000
Hutang lancar 6.584.000 6.264.000
Hutang jangka panjang 5.048.000 5.016.000
Modal Sendiri :
Saham biasa nominal Rp.8.000 3.368.000 3.368.000
Tambahan modal 2.888.000 2.888.000
Laba yang ditahan 8.112.000 7.648.000
Total modal sendiri 14.368.000 13.904.000
Total Hutang dan Modal Sendiri 26.000.000 25.184.000
11 | Dian Nurfitriani
Adapun laporan laba-rugi peusahaan Surabaya Wire-Gresik tahun 1999 dan 2000
dapat dilihat sebagai berikut :
Perusahaan PT. Surabaya Wire-Gresik
Laporan laba-rugi 31 desember 1999, 2000
(dalam Rp)
Tahun 19999 Tahun 2000
Penjualan bersih 31.936.000 29.768.000
Harga pokok penjualan 21.440.000 20.000.000
Laba kotor 10.496.000 9.768.000
Biaya penjualan, umum dan administrasi 7.296.000 6.728.000
Laba usaha sebelum bunga dan pajak (EBIT*) 3.200.000 3.040.000
Biaya bunga 680.000 560.000
Laba sebelum pajak (EBT*) 2.520.000 2.480.000
Pajak 912.000 896.000
Laba sebelum pajak (EAT*) 1.608.000 1.584.000
Deviden kas 1.144.000 1.040.000
Penungkatan laba yang ditahan 464.000 544.000
*’ EBIT = Earning Before Interest And Tax
EBT = Earning Before Tax
EAT = Earning After Tax
Dari laporan neraca dan laba-rugi Perusahaan PT.Surabaya Wire-Gresik dapat
dilakukan analisis rasionya yang meliputi rasio likuiditas, aktivitas, solvabilitas, dan
rentabilitas.
3.1.1 Liquidity Ratios (Rasio-Rasio Likuiditas)
Suatu perusahaan yang ingin mempertahankan kelangsungan kegiatan usahanya harus
memiliki kemampuan untuk melunasi kewajibankewajiban finansial yang segera dilunasi.
Dengan demikian likuiditas merupakan indikator kemampuan perusahaan untuk membayar
atau melunasi kewajiban-kewajiban finansialnya pada saat jatuh tempo dengan
mempergunakan aktiva lancer yang tersedia. Berikut ini akan disajikan dua macam likuiditas
yang biasa dipergunakan dalam perusahaan beserta contoh perhitungan dengan data
Perusahaan PT. Surabaya Wire-Gresik di atas :
a. Current Ratio (Rasio Lancar)
Current ratio merupakan perbandingan antara aktiva lancer (current asset) dengan
hutang lancer (current liability). Aktiva lancara terdiri dari hutang dagang, hutang wesel,
12 | Dian Nurfitriani
hutang pajak, hutang gaji/upah, dan hutang jangka pendek lainnya. Current ratio yang tinggi
memberikan indikasi jaminan yang baik bagi kreditor jangka pendek dalam arti setiap saat
perusahaan memiliki kemampuan untuk melunasi kewajiban-kewajiban finansial jangka
pendeknya. Akan tetapi current ratio yang tinggi akan berpengaruh negative terhadap
kemampuan memperoleh laba (rentabilitas), karena sebagian modal kerja tidak berputar atau
mengalami pengangguran. Dari data keuangan perusahaan PT. Surabaya Wire-Gresik dapat
dihitung current ratio tahun 1999 sebagai berikut :
Current Ratio (CR) = Aktiva Lancar x 100%
Hutang lancer
= 17.928.000 x 100%
6.584.000
= 2.72 atau 272%
Current Ratio sebesar 2,72 atau 272% artinya kewajiban jangka pendek sebesar Rp. 1
ditanggung atau dijamin dengan aktiva lancer sejumlah Rp. 2.72 atau 272%.
b. Quick Ratio (Rasio Cepat)
Alat ukur yang lebih akurat untuk mengukur tingkat likuiditas perusahaan adalah
quick ratio (atau disebut juga acid test ratio). Rasio ini merupakan perimbangan antara
jumlah aktiva lancer dikurangi persediaan dengan jumlah hutang lancer. Persediaan tidak
dimasukan dalam perhitungan quick ratio atau rasio cepat, karena persediaan merupakan
komponen atau unsure aktiva lancer yang paling kecil tingkat likuiditasnya. Quick ratio
memfokuskan komponen atau unsur aktiva lancer yang lebih likuid yaitu: kas, surat-surat
berharga, piutang dihubungkan dengan hutang lancar atau hutang jangka pendek. Dari data
perusahaan PT. Surabaya Wire-Gresik dapat dihitung quick ratio tahun 1999 sebagai berikut :
Quick Ratio (CR) = Aktiva Lancar- Persediaan x 100%
Hutang lancar
13 | Dian Nurfitriani
= 17.928.000- 10.632.000 x 100%
6.584.000
= 1,11 atau 111%
Quick ratio sebesar 1,11 atau 111% artinya kewajiban jangka pendek sebesar Rp. 1
dijamin oleh aktiva lancar selain persediaan sebesar sebesar Rp. 1,11 atau 111%.
3.1.2 Activity Ratio
Activity ratio mengukur sejauh mana efektifitas manajemen perusahaan dalam
mengelola asset-asetnya. Artinya dalam hal ini adalah mengukur kemampuan manajemen
perusahaan dalam mengelola persediaan bahan mentah, barang dalam proses, barang jadi
serta kebijakan manajemen dalam mengelola aktiva lainnya dan kebijakan pemasaran. Rasio
aktivitas menganalisis hubungan antara laporan laba-rugi, khususnya penjualan, dengan
unsure-unsur yang ada pada neraca, khususnya unsure-unsur aktiva. Rasio aktivitas ini diukur
dengan istilah perputaran unsur-unsur aktiva yang dihubungkan demgan penjualan. Lebih
jelasnya kita ikuti penjelasan berikiut ini :
a.Receivable Turnover (Perputaran Piutang)
Receivable Turnover memberikan wawasan tentang kualitas piutang perusahaan
(piutang dagang) dan kesuksesan perusahaan dalam mengumpulkan piutang dagang tersebut.
Perputaran piutang tahun 1999 adalah sebagai berikut (seluruh penjualan diasumsikan secara
kredit):
Receivable Turnover = Penjualan Kredit Bersih Setahun
Rata-rata Piutang
= 31.939.000 = 5,89 kali
5.424.000
Adapun perputaran piutang tahun 2000 adalah sebagai berikut :
Receivable Turnover = Penjualan Kredit Bersih Setahun
Rata-rata Piutang
14 | Dian Nurfitriani
= 29.768.000 = 5,25 kali
5.672.000
*’ Rata-rata piutang = Piutang tahun 1999 (awal) + piutang tahun 2000 (akhir)
2
Rata-rata piutang = 5.424.000 + 5.920.000 =Rp. 5.672.000
2
b. Inventory Turnover (Perputaran Persediaan)
Inventory Turnover dihitung dengan cara membagi harga pokok penjualan (cost of
good sold) dengan rata-rata persediaan. Rasio ini digunakan untuk mengukur efektifitas
manajemen perusahaan dalam mengelola persediaan. Dari data keuangan perusahaan PT.
Surabaya Wire-Gresik dapat dihitung perputaran persediaan sebagai berikut :
Inventory Turnover (tahun1999) = Harga Pokok Penjualan
Rata-rata Persediaan
= 21.440.000 =2,02 kali
10.632.000
Inventory Turnover (tahun2000) = Harga Pokok Penjualan
Rata-rata Persediaan
= 20.000.000 =1,95 kali
10. 256.000
Rata-rata Piutang = 10.632.000+9.880.000 =Rp. 10.256.000
2
3.1.3 Rasio Rentabilitas
Rasio rentabilitas berguna untuk menilai dan menginterpretasikan kemampuan
perusahaan yang rendabel berarti mampu menghasilkan keuntungan yang besar dengan
15 | Dian Nurfitriani
menggunakan modal yang menginvestasikan perusahaan dengan modal sendiri maupun
modal modal pinjaman. Rasio rentabilitas dihitung dari laporan perhitungan laba-rugi.
3.2 Analisis Common Size
Penyajian dalam bentuk common size akan mempermudah pembaca menganalisis
laporan keuangan dengan memperhatikan perubahan-perubahan yang terjadi dalam neraca
dan laporan laba-rugi. Berikut ini contoh dari neraca Perusahaan PT. Surabaya Wire-Gresik di
atas :
Keterangan Neraca (Rp.000) Common size
1999 2000 1999 2000
Aktiva
Kas 1.424 1.400 5,47 5,56
Piutang Dagang 5.424 5.920 20,86 23,50
Persediaan 10.632 9.880 40,89 39,23
Biaya yang dibayar di muka 168 136 0,64 0,54
Piutang pajak 280 232 1,07 9,21
Aktiva lancar 17.928 17.568 68,95 69,76
Aktiva tetap 12.768 12.304 49,12 48,85
Akumulasi penyusutan 6.856 6.328 26,37 25,13
Aktiva tetap bersih 5.912 5.976 22,74 23,73
Aktiva tetap lainnya 2.160 1.640 8,30 6,51
Total aktiva 26.000 25.184 100,00 100,00
Hutang dan Modal sendiri
Hutang bank dan hutang wesel 3.584 2.848 13,78 11,31
Hutang dagang 1.184 1.088 4,55 4,32
Hutang pajak 288 1.016 1,11 4,03
Hutang lancar lainnya 1.528 1.312 5,87 5,21
Hutang lancar 6.584 6.264 25,32 24,87
Hutang jangka panjang 5.048 5.016 19,41 19,92
Modal sendiri
Saham biasa 3.368 3.368 12,95 13,37
Tambahan modal 2.888 2.888 11,11 11,47
Laba ditahan 8.112 7.648 31,20 30,37
Total modal sendiri 14.368 13.904 55,26 55,21
Total hutang dan total modal sendiri 26.000 25.184 100,00 100,00
16 | Dian Nurfitriani
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Simpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian dan pembahasantentang Analisis
Laporan Keuangan Sebagai Salah Satu Alat Untuk Menilai Tingkat Keberhasilan Kinerja
Manajemen Keuangan pada perusahaan PT. Surabaya Wire-Gresik adalah sabagai berikut :
· Catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral
dari laporan keuangan. Dan kelengkapan data sangat mempengaruhi laba-rugi
peusahaan.
· Liquidity ratio (ratio likuiditas) dalam current ratio sebesar 2,72,- atau 272%
artinya kewajiban jangka pendek sebesar Rp. 1 ditanggung atau dijamin dengan
aktiva lancar sejumlah Rp. 2,72,- atau 272%. Tidak ada standar khusus untuk
menentukan beberapa besarnya current ratio yang paling baik. Namun, untuk
prinsip kehati-hatian, maka besarnya current ratio sekitar 200% dianggap baik.
· Liquidity ratio (rasio likuiditas) dalam Quick ratio sebesar 1,11 atau 111% artinya
kewajiban jangka pendek sebesar Rp. 1 dijamin oleh aktiva lancar selain
persediaan sebesar Rp. 1,11,- atau 111%. Untuk prinsip kehati-hatian perusahaan,
maka besarnya quick ratio ini paling rendah 100%, artinya kewajiban jangka
pendek Rp. 1,- dijamin oleh aktiva lancar selain persediaan Rp.1,-.
· Activity ratio (rasio Aktivitas) dalam receivable turnover pada data tahun 1998
tidak ada, sehingga rata-rata piutang tahun 1999 adalah sebesar piutang tahun
1999 yang tertera pada neraca.
4.2 Saran
Banyak hal yang perlu diperhatikan dan dirumuskan dalam hal analisis laporan keuangan.
Karena tidak semua analisis laporan keuangan sesuai kebutuhan perusahaan, maka perlu
penyesuaian sesuai kebutuhan perusahaan. Factor inflasi dan perbedaan metode akuntansi
yang dipergunakan perlu diperhatikan dalam melakukan analisis terhadap laporan keuangan.
17 | Dian Nurfitriani
DAFTAR PUSTAKA
Husnan, Suad. 2006. Dasar-dasar Manajemen Keuangan. Yogyakarta: UPP STIM YKPN
Pudjiastuti, Enny. 2006. Dasar-dasar Manajemen Keuangan. Yogyakarta: UPP STIM YKPN
Martono dan Harjito, D.Agus. . Manajemen Keuangan. : .
.1997. Manjemen Keuangan: Teori dan Penerapan. BPFE
Martin, J.D. et al. 1991. Basic Financial management, Prentice Hall
18 | Dian Nurfitriani

ANALISIS FINANCIAL LEVERAGE PADA PT. SEPATU CARVIL (TAHUN 1999-2000)

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Seminar Manajemen Keuangan
Dosen :
Enas ,SE, MM.



Disusun Oleh :
Dewi Purnamasari
3402070027
Manajemen B



JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS GALUH CIAMIS
2010



KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan taufik dan hidayah-Nya kepada penulis berupa kesehatan lahir dan bathin sehingga tugas Mata Kuliah Seminar Manajemen Keuangan yang berjudul “Analisis Financial Leverage Pada PT. Sepatu Carvil”. Pada kesempatan ini, penulis hendak mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Enas, SE, MM. selaku dosen Seminar Manajemen Keuangan.
2. Kedua orang tua yang telah memberikan dorongan dan motivasi kepada penulis.
3. Semua pihak yang telah membantu hingga terselesaikannya tugas ini.
Selanjutnya dalam penyusunan tugas ini penulis menyadari masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan saran serta kritik yang kiranya membangun guna perbaikan penulis.
Akhirnya penulis berharap semoga tugas ini dapat memenuhi persyaratan dan bermanfaat.


Ciamis, Oktober 2010


Penulis

BAB I
PENDAHULUAN


1.1 Latar Belakang Masalah

Dalam suatu perusahaan dikenal istilah biaya modal (Cost Of Capital) yang menggambarkan suatu tingkat pengembalian yang harus diperoleh oleh suatu perusahaan atas investasi yang ditanam. Analisa biaya modal ini adalah untuk melihat bagaimana kondisi struktur modal perusahaan, apabila biaya modal ini dapat diusahakan seminimal mungkin maka dapat dikatakan bahwa struktur keuangan adalah baik.
Pada kenyataannya, perusahaan sulit untuk mencapai struktur modal yang optimal dalam suatu komposisi pembelanjaan yang tepat. Struktur modal disini merupakan perimbangan antara hutang jangka panjang dan modal sendiri. Bahkan ketika menetapkan suatu range untuk struktur modal yang optimal pun sangat sulit. Oleh karena itu, sebagian besar perusahaan hanya memperhatikan apakah perusahaan terlalu banyak mempergunakan hutang ataukah tidak.
Dengan mempertimbangkan hal tersebut, perusahaan harus lebih memfokuskan diri pada suatu tingkat hutang yang prudent.
Semakin banyak perusahaan melakukan pembiayaan dengan hutang, akan menambah resiko pada saham biasanya. Penggunaan hutang tersebut akan menciptakan leverage keuangan. Leverage keuangan akan mendorong resiko dari saham biasa dan mendorong pemegang saham untuk meminta tingkat pengembalian yang lebih tinggi. Jadi leverage keuangan akan mempengaruhi laba perlembar saham yang diharapkan perusahaan, resiko laba tersebut dan mempengaruhi harga saham perusahaan.
Penggunaan finansial leverage pada suatu perusahaan dikatakan menguntungkan apabila pendapatan yang diterima dari penggunaan dana melalui hutang tersebut mengalami peningkatan dari beban tetap penggunaan hutang tersebut. Dengan demikian finansial leverage menunjukan perubahan laba perlembar saham akibat perubahan EBIT.
Berdasarkan permasalahan dan alasan-alasan yang dikemukakan diatas, maka penulisan makalah ini diberi judul “ Analisis Finansial Leverage Pada PT. SEPATU CARVIL”.



1.2 Identifikasi Masalah

Finansial leverage menggambarkan kemampuan perusahaan dalam menggunakan kewajiban finansial yang sifatnya tetap untuk memperbesar pengaruh perubahan EBIT terhadap pendapatan perlembar saham (EPS).
Berdasarkan landasan teori diatas, terdapat masalah yang dapat di rumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimana perubahan EBIT pada tahun 1999-2000 di PT. SEPATU CARVIL?
2. Bagaimana perubahan EPS pada tahun 1999-2000 di PT. SEPATU CARVIL?
3. Berapa besarnya DFL atas perubahan EBIT dan EPS pada tahun 1999-2000 di PT. SEPATU CARVIL?



BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Dana

Istilah “dana” untuk menunjukkan modal yang tertanam dalam perusahaan maupun sumber modalnya. Istilah “modal” dapat diartikan sebagai modal aktif dan modal pasif. Modal aktif menunjukkan pengggunaan dana (dalam neraca nampak di sisi aktiva) , sedangkan modal pasif menunjukkan sumber dana (dalam neraca nampak di sisi pasiva). Modal aktif terdiri atas aktiva lancar dan aktiva tetap, sedangkan modal pasif terdiri dari hutang jangka pendek, hutang jangka panjang dan modal sendiri.

2.2 Macam-macam Dana Perusahaan

Berdasarkan sumbernya, dana perusahaan dapat dibedakan menjadi dua yaitu sumber dana intern (internal financing) dan sumber dana ekstern (external financing). Sumber dana intern berasal dari laba yang ditahan (laba yang tidak dibagi) dan depresiasi. Apabila seluruh laba setelah pajak yang diperoleh perusahaan tidak dibagi kepada pemegang saham (pemilik perusahaan yang tercermin pada lembar saham atau prosentasi kepemilikan yang tertuang dalam neraca) maka laba tersebut sebagai sumber dana internal. Hal ini karena laba tersebut diperoleh oleh perusahaan dalam melakukan kegiatan operasinya. Sementara sumber dana ekstern merupakan sumber dana perusahaan yang berasal dari luar perusahaan, Artinya dana-dana tersebut tidak diperoleh dari kegiatan operasi perusahaan, melainkan diperoleh dari pihak-pihak lain seperti hutang kepada supplier, hutang kepada pegawai, hutang kepada perusahaan lain, hutang kepada bank dan hutang kepada investor dalam bentuk obligasi. Adapun sumber dana eksternal itu yang berasal dari modal sendiri terdiri atas modal yang berasal dari pemilik perusahaan baik pemegang saham biasa maupun saham preferen. Kedua sumber dana intern dan ekstern ini tertuang dalam neraca pada sisi pasiva atau kewajiban.


2.3 Pengertian Financial Leverage

Menurut R. Agus Sartono (2001:263) menyatakan bahwa :
“Financial Leverage adalah penggunaan sumber dana yang memiliki beban tetap dengan harapan bahwa akan memberikan tambahan keuntungan yang lebih besar daripada beban tetapnya sehingga akan meningkat keuntungan yang tersedia bagi pemegang saham.”
Menurut J. Fred Weston (1989:3) menyatakan bahwa :
“Financial leverage merujuk pada penggunaan hutang dalam rangka pembiayaan perusahaan”.
Menurut Bambang Riyanto (1995:375) menyatakan bahwa :
“Financial leverage yaitu penggunaan dana dengan beban tetap itu adalah dengan harapan untuk memperbesar pendapatan perlembar saham”.
Leverage menunjuk pada hutang yang dimiliki perusahaan. Dalam arti harfiah, leverage berarti pengungkit/tuas. Leverage juga dapat diartikan sebagai penggunaan aktiva atau dana dimana untuk penggunaan tersebut perusahaan harus menutup biaya tetap atau membayar beban tetap. Pada“financial leverage” penggunaan dana dengan beban tetap itu adalah dengan harapan untuk memperbesar pendapatan per lebar saham biasa. (EPS = Earning Per Share). Financial leverage menunjukkan penggunaan hutang dalam membiayai perusahaan yang dapat mengakibatkan timbulnya resiko keuangan. Walaupun penggunaan finansial leverage memiliki resiko yang cukup besar , perusahaan tetap cenderung memilih finansial leverage yang tinggi.



BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Metode Analisis

Metode analisis untuk menghitung finansial leverage pada PT. SEPATU BATA penulis menggunakan metode Degree Finansial Leverage (DFL). Degree Finansial Leverage (DFL) seperti telah di jelaskan sebelumnya adalah perubahan laba perlembar saham (EPS) karena perubahan laba sebelum bunga dan pajak (EBIT) / Earning Before Interest & Tax. Atau rasio antara presentase perubahan EPS dibanding dengan presentase perubahan EBIT.

Yang dapat diformulasikan menjadi :

Dibawah ini penulis sajikan data hasil pengolahan yang berupa laporan keuangan rugi/laba.PT. SEPATU CARVIL (tahun 1999-2000) dimulai dari EBIT hingga EPS. Kemudian berdasarkan data tersebut penulis menghitung DFL.

PT SEPATU CARVIL
LAPORAN LABA RUGI UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR PADA 31 DESEMBER 1999 DAN 2000
Keterangan 1999 2000 Perubahan %
Laba usaha (EBIT) 13.125.367 8.868.784 4.256.583 32.4
Pendapatan (Beban) lain-lain :
Pendapatan bunga 113.620 101.522
Beban bunga (4.834.580) (6.116.889)
Laba (rugi) selisih kurs bersih 5.920 23.575
Laba penjualan aktiva tetap 38.153
41.416
Jumlah pendapatan (beban) lain-lain (4.676.887)

(5.950.376)
Laba sebelum pajak penghasilan 8.448.480 2.918.408
Pajak penghasilan :
Tahun berjalan 3.586.657 2.697.210
Yang ditangguhkan (305.185)
(987.981)

Laba bersih (EAT) 3.281.472
5.167.008
1.709.229
1.209.179
Laba usaha perlembar saham 1.101
682
Laba bersih perlembar saham 397
93 304 76.6

3.2 Hasil Analisis

Pada tahun 2000 terjadi penurunan jumlah EBIT yang sebelumnya sebesar Rp. 13.125.367 (tahun 1999) menjadi Rp. 8.868.784 (tahun 2000), dan juga terjadi perubahan jumlah EPS yang sebelumnya sebesar Rp. 397 perlembar saham (tahun 1999) menjadi Rp. 93 perlembar saham (tahun 2000). Sehingga Degree Finansial Leverage (DFL) dapat dihitung sebagai berikut :

= 2,36 x

atau pada tahun 2000 terjadi penurunan jumlah EBIT sebesar 32,4% menyebabkan menurunnya jumlah EPS sebesar 76,6%
= 2,36 x

BAB III
SIMPULAN DAN SARAN

3.1 SIMPULAN

Dari hasil analisa data penelitian ini, dapat disimpulkan beberapa data sebagai berikut :
1. Terjadi penurunan EBIT dari Rp. 13.125.367 (tahun 1999) menjadi Rp. 8.868.784 (tahun 2000), penurunan EBITnya sebesar Rp. 4.256.583 atau 32,4%.
2. Terjadi penurunan EPS dari Rp. 397 perlembar saham (tahun 1999) menjadi Rp. 93 perlembar saham (tahun 2000), penurunan EPSnya sebesar Rp. 304 perlembar saham atau 76,6%.
3. Dari perubahan EPS dan EBIT tersebut dapat diketahui DFL sebesar 2,36 x (kali).
4. Degree Of Finansial Leverage 2,36 menunjukkan bahwa setiap 1% perubahan EBIT akan mengakibatkan perubahan EPS sebesar 2,36%.

3.2 SARAN

Dengan mempertimbangkan hal tersebut, perusahaan harus lebih memfokuskan diri pada suatu tingkat hutang yang hati-hati dibandingkan jika harus mencari suatu tingkat hutang yang optimal. Tingkat hutang yang hati-hati harus dapat memanfaatkan keuntungan dari penggunaan hutang dan memperhatikan hal-hal seperti memperhatikan resiko finansial pada tingkat yang masih terkendali, menjamin fleksibilitas pembelanjaan perusahaan,dan memperhatikan kredit rating perusahaan.

PENGARUH MODAL KERJA TERHADAP RENTABILITAS EKONOMI PADA “PT RAJAWALI PERSANA BARU” MAKALAH

PENGARUH MODAL KERJA TERHADAP RENTABILITAS EKONOMI PADA “PT RAJAWALI PERSANA BARU”
MAKALAH

Diajukan untuk memenuhi salah satu mata kuliah
Seminar Manajemen Keuangan
Dosen
Enas, S.E, M.M



Disusun Oleh:
Desi Rosalina
3402070026
MANAJEMEN B

PROGRAM STUDI MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS GALUH CIAMIS
2010




KATA PENGANTAR

Dengan hati yang tulus dan ikhlas penulis panjatkan puji dan syukur alhamdullilah kehadirat illahi robbi yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah inipenulis mengambil judul:Pengaruh modal kerja terhadap rentabilitas ekonomi pada PT Rajawali Persana Baru. Saya ucapkan trimakasih pada orang tua saya yang telah membantu saya dan tidak lupa juga kepada bapak Enas,SE.M.M sehingga dapat menyelesaikan makalah ini.
Penulis sangat menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan, maka penulis berharap kritik dan sarannya, dan penulis berharap makalah ini berguna dan bermanfaat khususnya bagi rekan-rekan, AMIN.

Ciamis, Oktober 2010

Penulis

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh pemerintah sekarang ini tidak lain bertujuan untuk mempercepat laju pertumbuhan ekonomi, antara lain diwujudkan melalui kebijakan deregulasi diberbagai bidang usaha. Dalam era deregulasi ini, pemerintah mengurangi campur tangan secara langsung dalam mengatur dan mengendalikan perekonomian, sifat dan dinamika dunia usaha bersumber pada inisiatif dan kreativitas dunia usaha sendiri. Peranan mekanisme pasar di dalam kegiatan ekonomi semakin besar, sehingga kalangan dunia usaha dituntut untuk berpacu dalam memenangkan pasar melalui peningkatan efisiensi dan produktivitas.
Untuk mewujudkan semua tuntutan tersebut diperlukan suatu prinsip pengelolaan yang efektif dan efisiensi serta produktif terhadap semua bagian yang ada di perusahaan. Serta ditunjang oleh suatu tindakan pengendalian yang efektif untuk mencegah timbulnya penyimpangan yang mengganggu terhadap kinerja perusahaan.
Efisiensi operasi perusahaan akan berperanan penting terhadap keberhasilan perusahaan dengan adanya laju pertumbuhan penjualan yang meningkat. Peningkatan laju pertumbuhan penjualan membutuhkan adanya penambahan pembiayaan, baik pembiayaan dalam aktiva lancar maupun aktiva tetap. Pembiayaan dalam aktiva lancar memiliki sifat mudah diuangkan dan merupakan jumlah yang besar dalam perusahaan sehingga memerlukan perhatian yang seksama dari manajer keuangan.
Pertumbuhan penjualan dengan kebutuhan pembiayaan aktiva lancar memiliki hubungan yang langsung dalam perusahaan dagang. Contohnya bila dalam perusahaan terdapat peningkatan penjualan secara kredit, maka piutang dagang perusahaan akan meningkat pula. Peningkatan penjualan ini juga mempengaruhi peningkatan persediaan barang. Disisi lain, perusahaan memerlukan sumber pembiayaan dengan adanya peningkatan penjualan tersebut.
Hal diatas menghendaki pengaturan keuangan dalam aktiva lancar dan hutang lancar yang berhubungan langsung dengan volume penjualan. Oleh karena itu, dalam pengelolaannya, khususnya aktiva lancar yang terdapat dalam manajemen modal kerja adalah cara yang tepat untuk digunakan dalam meningkatkan penjualan agar perolehan laba perusahaan dapat meningkat.
Dalam upaya mewujudkan operasi perusahaan yang efisien,ukuran keberhasilan belum cukup hanya dilihat dari besarnya laba yang diperoleh, tetapi harus dilihat dari rentabilitasnya. Usaha perusahaan harus diarahkan pada pencapaian tingkat rentabilitas maksimal.
Berdasarkan alasan diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai manajemen keuangan ,terutama menyangkut modal kerja dan menyajikanya dalam makalah dengan judul: “Pengaruh Modal Kerja terhadap Rentabilitas Ekonomi pada PT Rajawali Persana Baru”.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian diatas, maka masalah-masalah yang diidentifikasi adalah:
1.Bagaimana perkembangan modal kerja pada PT Rajawali Persana Baru ?
2.Bagaimana perkembangan rentabilitas ekonomi PT Rajawali Persana Baru ?
3.Bagaimana pengaruh modal kerja terhadap rentabilitas ekonomi pada PT Rajawali Persana Baru ?
1.3 Tujuan dan kegunaan makalah
1.Tujuan dari penelitian ini adalah:
 Untuk mengumpulkan data dan informasi yang berhubungan dengan masalah yang sedang diteliti pada PT Rajawali Persana Baru.
2.Kegunaan Penelitian
Penelitian mengenai pengaruh modal kerja terhadap rentabilitas diharapkan dapat memberikan kegunaan sebagai berikut:
a) Aspek Operasional
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan tentang modal kerja dalam suatu perusahaan. Data empiris mengenai masukan tentang modal kerja dapat dijadikan sebagai input bagi perusahaan dalam rangka meningkatkan efektivitas dan efisiensi dalam penggunaan modal kerja di perusahaan yang bersangkutan. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi pihak-pihak yang membutuhkan.
b) Ilmu Pengembangan
Penelitian ini diharapkan dapat memperluas dan memperkaya pegetahuan di bidang keuangan khususnya menyangkut tentang modal kerja dalam suatu perusahaan.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Modal Kerja
Setiap perusahaan dalam menjalankan aktivitas atau operasinya sehari-hari selalu membutuhkan modal kerja (working capital). Modal kerja ini misalnya digunakan untuk membayar upah buruh, gaji pegawai, membeli bahan mentah, membayar persekot dan pengeluaran-pengeluaran lainnya yang gunanya untuk membiayai operasi perusahaan. Untuk mendapatkan gambaran mengenai pengertian dari modal kerja disini peneliti kemukakan beberapa pendapat :
James C Van Harne (1997:214) menyatakan, bahwa “Modal kerja bersih adalah aktiva lancar dikurangi kewajiban lancar, dan modal kerja kotor adalah investasi perusahaan dalam aktiva lancar seperti kas, piutang dan persediaan”

1. J. Fred Weston Eugene F. Brigham (1991:157), menyatakan bahwa “Modal kerja adalah investasi perusahaan dalam harta jangka pendek yaitu kas, surat berharga jangka pendek, piutang dan persediaan”
2. Bambang Riyanto (1995:7), mengemukakan 3 (tiga) konsep pengertian modal kerja yaitu :
a. Konsep kuantitatif
Konsep ini menitikberatkan pada kuantitas dana yang tertanam dalam unsur-unsur aktiva lancar, aktiva ini merupakan aktiva sekali berputar kembali dalam bentuk semula atau dana yang tertanam dalam aktiva akan dapat bebas lagi dalam jangka pendek. Jadi menurut konsep ini adalah keseluruhan jumlah aktiva lancar. Dalam pengertian ini modal kerja sering disebut modal kerja bruto atau gross working capital.
b. Konsep kualitatif
Pada pengertian ini konsep modal kerja dikaitkan dengan besarnya jumlah hutang lancar atau hutang yang segera harus dibayar. Jadi modal kerja menurut konsep ini adalah sebagian aktiva lancar yang benar-benar dapat digunakan untuk membiayai operasi perusahaan tanpa mengganggu likuiditasnya, yaitu yang merupakan kelebihan aktiva lancar diatas hutang lancarnya.
c. Konsep fungsional
Konsep ini menitikberatkan pada fungsi dana dalam menghasilkan pendapatan. Setiap dana yang digunakan dalam perusahaan adalah dimaksudkan untuk menghasilkan pendapatan. Aktiva lancar sebagian merupakan unsur modal kerja, walaupun tidak seluruhnya.

Dari uraian tersebut diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa modal kerja adalah harta yang dimiliki perusahaan yang dipergunakan untuk menjalankan kegiatan usaha atau membiayai operasional perusahaan tanpa mengorbankan aktiva yang lain dengan tujuan memperoleh laba yang optimal.
2.2 Pengertian Rentabilitas Ekonomi
Rasio rentabilitas ekonomi adalah rentabilitas yang dihitung dengan membandingkan laba sebelum pajak dan penghasilan lain-lain dengan total aktiva usaha tanpa melihat dari mana sumber modal yang tertanam dalam aktiva usaha.
Analisis rasio rentabilitas adalah alat untuk menganalisis atau mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai oleh perusahaan yang bersangkutan. Rasio rentabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah Return on Asset (ROA) dan Return on Equity (ROE).
1. Return on Assets (ROA)
Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan. Semakin besar ROA suatu perusahaan, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai perusahaan tersebut. Rumus yang di gunakan adalah :
ROA = Total Aktiva Laba Bersih


2. Return on Equity (ROE)
ROE adalah perbandingan antara laba bersih dengan modal sendiri. Rasio dapat dirumuskan sebagai berikut:
ROE = Modal Sendiri Laba Bersih
Rasio ini banyak diamati oleh para pemegang saham (baik pemegang saham pendiri maupun pemegang saham baru) serta para investor di pasar modal yang ingin membeli saham yang bersangkutan (jika perusahaan tersebut telah go public). Dengan demikian rasio ROE merupakan indikator penting bagi para pemegang saham dan calon investor untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba bersih yang dikaitkan dengan pembayaran deviden. Kenaikan dalam rasio ini berarti terjadi kenaikan laba bersih dari perusahaan yang bersangkutan.
Rasio Rentabilitas sendiri bertujuan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba selama periode tertentu, juga bertujuan untuk mengukur tingkat efektifitas manajemen dalam menjalankan operasional perusahaannya. Jadi rentabilitas modal sendiri sangat penting bagi suatu perusahaan.
2.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi modal kerja
Menurut Agnes Sawir, besarnya modal kerja dipengaruhi oleh faktor umum dan faktor khusus yaitu :
Faktor umum tersebut antara lain :
1. Volume penjualan
2. Faktor musiman
3. Perkembangan teknologi
4. Filosofi perusahaan
Faktor khusus tersebut antara lain :
1. Ukuran perusahaan dan aktivitas perusahaan
2. Ketersediaan kredit
3. Perilaku menghadapi keuntungan
4. Perilaku menghadapi resiko
Perusahaan membiayai modal kerja biasanya untuk mendukung penjualan. Banyak perusahaan yang menetapkan aktiva lancar sesuai dengan proporsi penjualan tahunannya. Fluktuasi musiman akan permintaan untuk produk atau jasa perusahaan merupakan faktor penentu besarnya modal kerja. Adanya trend produk tertentu pada waktu tertentu menyebabkan permintaan akan barang atau jasa meningkat sehingga diperlukan modal kerja yang tinggi. Perubahan teknologi yang tentu saja berdampak pada proses produksi dapat mempunyai pengaruh kuat pada kebutuhan terhadap modal kerja. Pada proses produksi konvensional yang biasanya dikerjakan oleh tenaga manusia kemudian digantikan oleh mesin dapat mengurangi pengeluaran terhadap pekerja yang akhirnya akan mengurangi kebutuhan modal kerja. Kebijakan perusahaan akan berdampak pada tingkat modal kerja permanen maupun musiman, misalnya ada kebijakan penghematan yang ditekankan oleh manajemen baru.
Perusahaan besar mempunyai perbedaan modal kerja yang mencolok dibandingkan dengan perusahaan kecil. Perusahaan besar dengan banyak sumber dana mungkin membutuhkan modal kerja yang lebih kecil dibanding dengan total aktiva atau penjualan. Aktivitas perusahaan berarti keadaan bisnis, misalnya sebuah perusahaan yang menawarkan jasa tidak akan memberikan piutang sehingga modal kerja yang diperlukan semakin kecil. Ketersediaan kredit, jika perusahaan dapat meminjam untuk membiayai dengan kredit maka diperlukan kas yang lebih sedikit. Perilaku akan keuntungan berarti menambah jumlah produksi dan juga akan menambah total aktiva lancar. Jumlah yang besar pada aktiva lancar akan mengurangi keuntungan keseluruhan, makin besar tingkat aktiva lancar semakin kecil resiko.
.



BAB III
PEMBAHASAN
Perkembangan dan pertumbuhan adalah sesuatu yang selalu menjadi perhatian utama bagi setiap manajemen dalam mengelola usahanya, karena selain merupakan salah satu keberhasilan bagi manajemen juga merupakan cara yang efektif dalam mempertahankan hidup perusahaan dalam lingkungan yang cepat berubah. Sehubungan dengan itu, pada umumnya setiap perusahaan telah mempersiapkan perencanaan yang sistematis untuk dapat mengarahkan dan mengendalikan sumber dayanya untuk mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang diharapkan.
Dalam kenyataan perkembangan dari pertumbuhan perusahaan dapat ditentukan oleh beberapa hal. Salah satunya adalah melalui perluasan modal, baik perluasan modal kerja atau modal kerja dan modal tetap yang digunakan secara tetap dan terus-menerus di dalam perusahaan.
Pada PT Rajawali Persana Baru, modal kerja merupakan unsur yang berperan dalam menghasilkan pendapatan. Tingginya investasi perusahaan dalam aktiva lancar menunjukkan hal tersebut. PT Rajawali Persana Baru harus menyediakan modal kerja untuk menjalankan kegiatan sehari-hari yang digunakan untuk membiayai kebutuhan-kebutuhannya seperti pembelian suku cadang, bahan baku barang-barang, pembayaran gaji, upah, biaya perawatan dan sebagainya.
Ketidaktepatan dalam menentukan jumlah modal kerja yang dibutuhkan akan mengakibatkan kegiatan perusahaan terganggu, dan bila hal ini berlangsung terus-menerus akan mempengaruhi kelangsungan perusahaan. Dengan demikian pengelolaan aktiva lancar melalui perkembangan modal kerja merupakan salah satu aspek penting yang dibutuhkan oleh PT Rajawali Persana Baru. Penerapan modal kerja yang tepat akan lebih mendorong pencapaian pertumbuhan dan perluasan kegiatan perusahaan.
Modal kerja mengandung dua pengertian pokok, yaitu pertama modal kerja bersih (net working capital) yang merupakan kelebihan aktiva lancar diatas hutang lancarnya. Kedua adalah modal kerja bruto (gross working capital) yang merupakan keseluruhan dari jumlah aktiva lancar.
Pada umumnya perusahaan harus dapat mempertahankan jumlah aktiva lancar yang lebih besar dibanding hutang lancarnya, hal ini agar perusahaan mempunyai kemampuan untuk membayar kebutuhan-kebutuhan jangka pendeknya. Akan tetapi dalam hubungan dengan fungsi modal kerja dalam menghasilkan pendapatan, maka perhatian selanjutnya akan terfokus pada masalah penggunaan dana atau alokasi dana daripada mendapatkan dana sehingga dengan demikian pengertian yang digunakan adalah pengertian modal kerja bruto. Aktiva lancar umumnya terdiri dari kas, efek, piutang dagang, persediaan barang dan sebagainya. Apabila tidak tepat dalam pengelolaannya akan mempengaruhi kelangsungan hidup perusahaan.
Hal ini dapat dilihat dari pengertian manajemen modal kerja menurut James C Van Home (1998,374) adalah sebagai berikut:
“Working capital management is usually described as involving the administration of these assets namely cash and marketable securities, receivable and inventories and administration of current liabilities”
Manajemen modal kerja meliputi semua aspek pengaturan current account perusahaan (aktiva lancar dan hutang lancar) dengan tujuan agar terjamin modal kerja bersih yang acceptable (dapat diterima) yang menjamin tingkat likuiditas badan usaha.
Disamping aspek pertimbangan likuiditas, aspek pertimbangan rentabilitas dalam manajemen modal kerja merupakan hal yang penting, karena bagaimanapun tujuan setiap kegiatan perusahaan adalah untuk memperoleh laba, dan salah satu cara untuk memperbesar memperoleh laba adalah dengan meningkatkan efisiensi penggunaan dana perusahaan melalui manajemen modal kerja.
Akan tetapi laba yang tinggi belumlah merupakan ukuran bahwa perusahaan itu telah dapat bekerja dengan efisien. Efisien baru dapat diketahui dengan membandingkan laba yang diperoleh dengan kekayaan atau modal yang menghasilkan laba tersebut.
Hal ini dapat dilihat pada pengertian rentabilitas yang dikemukakan oleh Bambang Riyanto (2001,35) sebagai berikut: “Rentabilitas suatu perusahaan menunjukkan perbandingan antara laba dengan aktiva atau modal yang menghasilkan laba. Dengan kata lain rentabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba”
Rentabilitas ekonomi ialah perbandingan antara laba usaha dengan modal sendiri dan modal asing yang dipergunakan untuk menghasilkan laba tersebut dan dinyatakan dalam persentase.
Oleh karena pengertian rentabilitas sering dipergunakan untuk mengukur efisiensi penggunaan modal didalam suatu perusahaan, maka rentabilitas ekonomi sering pula dimaksudkan sebagai kemampuan suatu perusahaan dengan seluruh modal yang bekerja didalamnya untuk menghasilkan laba. Rentabilitas dikaitkan dengan modal kerja adalah diukur dengan penjualan dikurangi biaya atau laba operasi. Laba perusahaan dapat meningkat melalui dua cara:
1.Meningkatkan pendapatan dari penjualan.
2.Menurunkan biaya-biaya.
Biaya dapat dikurangi dengan meningkatkan efisiensi pengeluaran pada pos-pos tertentu, sedangkan pendapatan dari penjualan dapat dinaikkan dengan meningkatkan investasi yang mampu menghasilkan tingkat pendapatan yang lebih tinggi. Modal yang diperhitungkan untuk menghitung rentabilitas ekonomi hanyalah modal yang bekerja didalam perusahaan (operating assets capital).
Dengan demikian, maka modal yang ditanam dalam perusahaan lain tidak diperhitungkan untuk menghitung rentabilitas ekonomi. Demikian pula laba yang diperhitungkan untuk menghitung rentabilitas ekonomi hanyalah laba yang berasal dari operasi perusahaan, yaitu yang disebut laba usaha (net operating income). Dengan demikian, maka laba yang diperoleh dari usaha-usaha diluar perusahaan tidak diperhitungkan dalam menghitung rentabilitas ekonomi.

BAB IV
PENUTUP

4.1 SIMPULAN
1. Pada PT Rajawali Persana Baru, modal kerja merupakan unsur yang berperan dalam menghasilkan pendapatan. Tingginya investasi perusahaan dalam aktiva lancar menunjukkan hal tersebut. PT Rajawali Persana Baru harus menyediakan modal kerja untuk menjalankan kegiatan sehari-hari yang digunakan untuk membiayai kebutuhan-kebutuhannya seperti pembelian suku cadang, bahan baku barang-barang, pembayaran gaji, upah, biaya perawatan dan sebagainya.
2. Rentabilitas suatu perusahaan menunjukkan perbandingan antara laba dengan aktiva atau modal yang menghasilkan laba. Dengan kata lain rentabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba.
3. Laba yang diperhitungkan untuk menghitung rentabilitas ekonomi hanyalah laba yang berasal dari operasi perusahaan, yaitu yang disebut laba usaha (net operating income). Maka laba yang diperoleh dari usaha-usaha diluar perusahaan tidak diperhitungkan dalam menghitung rentabilitas ekonomi.
4.2 SARAN
1. Hendaknya PT Rajawali Persana Baru dapat meningkatkan laba perusahaan melalui dua cara:
a. Meningkatkan pendapatan dari penjualan.
b. Menurunkan biaya-biaya.
2. Rentabilitas dapat di tingkatkan dengan cara memaksimalkan volume penjualan supaya laba yang di hasilkan lebih besar.
3. Pendapatan dari penjualan dapat dinaikkan dengan cara meningkatkan investasi yang mampu menghasilkan tingkat pendapatan yang lebih tinggi.

DAFTAR PUSTAKA

Ikatan Akuntansi Indonesia. 2004. Standar Akuntansi Keuangan, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.
Syamsuddin, Lukman. 2004. Manajemen Keuangan Perusahaan. Penerbit PT. Raja Grafindo Persada,Jakarta.
Weston, Fred, J dan Brigham, F, Eugene. 1990. Dasar-dasarManajemen Keuangan. Edisi Kesembilan, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Ridwan Sundjaja dan Inge Barlian, Manajemen Keuangan, Prenhallindo, Jakarta, 2001.
Bringham dan Houston. 2001. Manajemen Keuangan Buku 1.Jakarta: Erlangga.

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN PADA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM KABUPATEN KUDUS

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN
PADA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM
KABUPATEN KUDUS
Makalah
Seminar Manajemen Keuangan
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas
Seminar Manajemen Keuangan
pada Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Galuh
Oleh :
ARIF NURHIKMAT
NIM. 3402060009

JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS GALUH CIAMIS
2011

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Negara Indonesia sektor ekonomi dibagi menjadi tiga yaitu pemerintah,
swasta, dan koperasi. Menurut UUD 1945 pasal 33 ayat 2 yang berbunyi: Cabangcabang
produksi yang penting bagi negara dan menguasai hajat hidup orang banyak
dikuasai oleh negara. Sedangkan ayat 3 berbunyi: Bumi dan air dan kekayaan alam
yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesarbesarnya
kemakmuran rakyat. Maksud dari ayat 2 dan 3 adalah bahwa perekonomian
berdasarkan atas demokrasi ekonomi digunakan untuk kemakmuran seluruh rakyat
Indonesia.
Perusahaan sesuai dengan UUD 1945 ayat 2 dan 3 adalah perusahaan negara.
Perusahaan negara ada yang dikuasai langsung oleh pemerintah pusat yaitu Badan
Usaha Milik Negara dan ada yang diatur oleh pemerintah daerah yaitu perusahaan
daerah. Perusahaan Daerah adalah badan usaha pemerintah daerah yang pendiriannya
didasarkan atas Peraturan Daerah (Perda) dan modalnya untuk seluruh atas sebagian
kekayaan daerah yang dipisahkan (Sriyadi 1991:36)
Perusahaan Daerah Air Minum merupakan perusahaan milik daerah yang
bergerak dibidang distribusi dan penjualan air minum. Tujuan dari perusahaan pada
umumnya adalah ingin memperoleh laba yang maksimal. Supaya tujuan tesebut dapat
tercapai maka perusahaan harus dikelola dengan baik. Salah satu aspek
pengelolaannya adalah dengan melakukan pencatatan dalam suatu sistem pembukuan
yaitu akuntansi.
Untuk mencatat pengeluaran dan penerimaan setiap akhir peride akuntansi,
perusahaan membuat laporan keuangan yang terdiri dari neraca, laporan rugi laba,
laporan perubahan modal dan laporan arus kas. Laporan keuangan merupakan suatu
alat yang sangat penting untuk memperoleh informasi sehubungan dengan posisi
keuangan.dan hasil-hasil yang telah dicapai oleh perusahaan yang bersangkutan.
Dengan mengadakan analisa terhadap pos-pos neraca dapat diketahui atau akan
diperoleh gambaran tentang posisi keuangan, sedangkan analisa terhadap laporan rugi
laba akan memberikan gambaran tentang hasil atau perkembangan usaha perusahaan
yang bersangkutan.
Pada mulanya laporan keuangan bagi suatu perusahaan hanyalah sebagai “alat
penguji” dari pekerjaan bagian pembukuan, tetapi untukselanjutnya laporan keuangan
tidak hanya sebagai alat penguji saja tetapi juga sebagai dasar untuk menentukan atau
menilai posisi keuangan perusahaan tersebut, dimana dengan hasil analisa tersebut
pihak-pihak yang berkepentingan mengambil keputusan.
Nilai yang tercantum dalam laporan keuangan selalu berubah-ubah setiap
periodenya, atau selalu mengalami penambahan dan pengurangan.
Perubahan nilai yang ada dalam laporan keuangan akan berpengaruh didalam
mengambil keputusan. Oleh karena itu laporan keuangan sangat berarti bagi pihakpihak
yang berkepentingan misalnya pemilik perusahaan, pemasok, investor,
pegawai, pemerintah (pajak). Agar laporan keuangan dapat berarti bagi pihak-pihak
yang berkepentimgan maka perlu mengadakan analisa hubungan dari berbagai pospos
dalam suatu laporan keuangan yang sering disebut analisis laporan keuangan.
Dalam hal ini analisa rasio dapat dipakai dalam memberikan gambaran keadaan
keuangan yang sebenarnya mengenai perkembangan perusahaan dan sehat tidaknya
perusahaan tersebut melakukan usahanya.
Analisa rasio adalah menggambarkan suatu perbandingan antara jumlah
tertentu (dari neraca atau rekening rugi laba) dengan jumlah yang lain. Dengan
menggunakan analisa rasio dimungkinkan untuk dapat menentukan tingkat likuiditas,
rentabilitas dan aktivitas suatu badan usaha.
Berdasarkan dasar pemikiran tersebut serta didasarkan kenyataan bahwa di
lapangan sering terjadi banyak penyimpangan-penyimpangan didalam mengolah data
keuangan sehingga menyajikan laporan keuangan yang tidak wajar dan terjadi
kesalahan dalam melakukan pembukuan.
Sehingga Penulis mengambil objek penelitian terhadap laporan keuangan pada
Perusahaan Daerah Air Minum Kabupaten Kudus, maka Penulis ingin mengetahui
kondisi keuangan PDAM tersebut yaitu ingin mengetahui tingkat likuiditas yaitu
kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek yang telah jatuh
tempo, tingkat rentabilitas yaitu kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba
dan ingin mengetahui tingkat aktivitas yaitu untuk mengukur seberapa besar
efektivitas perusahaan dalam menggunakan dananya.
Dari uraian di atas maka dalam tugas akhir ini Penulis ingin mengambil
judul : ANALISIS LAPORAN KEUANGAN PADA PERUSAHAAN DAERAH AIR
MINUM KABUPATEN KUDUS
1.2 Perumusan Masalah
Dari latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan
masalah sebagai berikut:
1. Apakah PDAM Kabupaten Kudus dapat memenuhi kewajibankewajiban
jangka pendeknya ?
2. Bagaimana tingkat rentabilitas PDAM Kabupaten Kudus ?
3. Bagaimana tingkat efektifitas dan kondisi PDAM Kabupaten Kudus dalam
menggunakan sumber dananya ?
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Laporan Keuangan
Laporan Keuangan merupakan ringkasan dari suatu proses pencatatan, suatu
ringkasan dari transaksi keuangan yang terjadi selama satu tahun buku yang
bersangkutan (Baridwan, 2000: 17)
Sedangkan definisi yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI)
dalam bukunya Standart Akuntansi Keuangan 1994 dikatakan bahwa laporan
keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan, laporan keuangan yang
lengkap biasanya meliputi:neraca, laba rugi, laporan keuangan (yang dapat disajikan
dalam berbagai bentuk seperti laporan arus kas, dan laporan lain serta materi
penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan).
Laporan yang dibuat oleh manajemen merupakan alat untuk
mempertanggungjawaban kepada pemilik perusahaan atas kepercayaan yang telah
diberikan (Munawir, 1995: 2)
Pertanggungjawaban pimpinan perusahaan itu dituangkan dalam bentu laporan
keuangan hanyalah sampai pada penyajian secara wajar posisi keuangan dan hasil
usaha dalam suatu periode sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang dilaksanakan
secara konsisten.
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan Laporan keuangan adalah
ringkasan dari suatu proses pencatatan suatu ringkasan dari transaksi transaksi
keuangan yang terjadi selama tahun buku yang bersangkutan yang biasanya
meliputi:neraca, laporan laba rugi, dan laporan perubahan modal.
2.2 Arti Penting Laporan Keuangan
Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi yang
dapat digunakan untuk alat komunikasi antara data keuangan atau aktivitas
perusahaan dengan pihak-pihak lain yang berkepentingan dengan data atau aktivitas
perusahaan tersebut.
Adapun pihak-pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan maupun
perkembangan suatu perusahaan tersebut adalah antara lain :
Pemilik Perusahaan, pemilik perusahaan sangat berkepentingan terhadap
laporan keuangan perusahaan yaitu untuk menilai prestasi manajer yang ditunjukkan
pada laba yang diperoleh perusahaan, untuk menilai kemungkinan hasil-hasil yang
akan dicapai dimasa yang akan dating sehingga bisa menaksir bagian keuntungan
yang akan diterima dan perkembangan harga saham yang dimiliki.
Manajer, Manajer dengan mengetahui posisi keuangan perusahaan akan dapat
menyusun rencana yang yang lebih baik, memperbaiki sistem pengawasannya dan
menentukan kebijaksanaan-kebijaksanaan yang tepat. Namun yang terpenting bagi
manajer adalah bahwa laporan keuangan merupakan alat untuk
mempertanggungjawabkan kepada perusahaan atas kepercayaan yang telah diberikan
kepadanya.
Para Investor, Para Investor memerlukan laporan keuangan untuk mengetahui
prospek keuangan dimasa mendatang dan perkembangan perusahaan selanjutnya,
untuk mengetahui jaminan investasinya dan kondisi kerja serta kondisi keuangan
jangka pendek perusahaan tersebut.
Para Kreditur dan Bankers, Para Kreditur dan Bankers memerlukan laporan
keuangan sebagai dasar dalam mengambil keputusan untuk memberi atau menolak
permintaan kredit dari suatu perusahaan.
Pemerintah, Pemerintah sangat berkepentingan terhadap laporan keuangan
perusahaan tersebut, disamping untuk menentukan besarnya pajak yang harus
ditanggung oleh perusahaan tersebut juga sangat diperlukan oleh Biro Pusat Statistik,
Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Tenaga Kerja untuk dasar perencanaan
pemerintah.
2.3 Analisis Laporan Keuangan
2.3.1 Pengertian Analisis Laporan Keuangan
Analisa Laporan Keuangan adalah suatu angka yang menunjukkan hubungan
antara suatu unsur dengan unsur lainnya dalam laporan keuangan
(Djarwanto,1989:123)
Menurut Myer dalam bukunya Financial Statement Analysis Analisis Laporan
Keuangan adalah analisa mengenai dua daftar yang disusun oleh akuntan pada akhir
periode untuk suatu perusahaan.
Kedua daftar itu adalah daftar neraca/daftar posisi keuangan dan daftar
pendapatan/daftar rugi laba. Selain itu juga ditambahkan daftar yang ketiga yaitu
daftar laba yang tidak dibagikan.
Dari pengertian diatas maka penulis menyimpulkan bahwa analisa laporan
keuangan adalah proses penganalisaan/penyidikan terhadap laporan keuangan yang
terdiri dari neraca, dan laporan rugi laba beserta lampiran-lampirannya untuk
mengetahui posisi keuangan dan tingkat kesehatan perusahaan yang tersusun secara
sistematis dengan menggunakan teknik-teknik tertentu yang nantinya akan digunakan
oleh pihak-pihak yang berkepentingan.
2.3.2 Prosedur Analisa Laporan Keuangan
Sebelum mengadakan analisa terhadap suatu laporan keuangan, penganalisa
harus benar-benar memahami laporan keuangan tersebut. Penganalisa harus dapat
menggambarkan aktivitasaktivitas perusahaan yang tercemin dalam laporan keuangan
tersebut.
Dengan kata lain bahwa agar dapat menganalisa laporan keuangan dengan
hasil yang memuaskan maka perlu mengetahui latar belakang dari data keuangan.
Dengan analisa laporan keuangan ini diharapkan penganalisa mempunyai
kemampuan atau kebijaksanaan dalam mengambil kesimpulan disamping itu harus
memperhatikan dan mempertimbangkan perubahan-perubahan tingkat harga yang
terjadi.
Untuk itu sebelum mengadakan perhitungan-perhitungan analisa dan
interprestasi penganalisa harus mempelajari atau merewiew data secara menyeluruh
ini adalah untuk meyakinkan pada penganalisa bahwa laporan itu sudah cukup jelas
menggambarkan semua data yang relevan dan telah diterapkannya dalam prosedur
akuntansi maupun metode penilaian yang tepat, sehingga penganalisa akan betulbetul
mendapatkan laporan keuangan yang dapat diperbandingkan.
Setelah mempelajari ataupun menyusun kembali laporan keuangan tersebut,
kemudian mengadakan perhitungan-perhitungan, analisa dan interprestasi dengan
menggunakan metode dan teknik analisa yang tepat sesuai dengan tujuan analisa.
Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa prosedur analisa laporan keuangan
adalah sebagai berikut :
a. Review dan bila perlu susun kembali laporan keuangan.
b. Adakan perhitungan-perhitungan sesuai dengan teknik analisa yang
digunakan.
c. Adakan analisa hubungan sebab akibat.
d. Berikan interprestasi atas keadaan yang sebenarnya dari laporan keuangan.
2.3.3 Metode dan Teknik Analisa
Menurut Munawir (1995:35) mengemukakan beberapa macam metode dan
teknik dalam menganalisa laporan keuangan.Metode analisa ada dua macam:
a. Metode Analisa Horizontal
Yaitu analisa dengan mengadakan perbandingan laporan keuangan untuk beberapa
periode atau beberapa saat, sehingga akan diketahui perkembangannya.
b. Metode Analisa Vertikal
Yaitu apabila laporan keuangan yang dianalisa hanya meliputi satu periode atau satu
saat saja,yaitu dengan memperbandingkan antara pos yang satu dengan pos yang
lainnya dalam laporan keuangan tersebut,sehingga hanya dapat diketahui keadaan
keuangan atau hasil operasi pada saat itu saja.
Sedangkan teknik analisa yang biasa digunakan dalam analisa laporan keuangan
adalah sebagai berikut :
1. Analisa Perbandingan Laporan Keuangan, adalah metode dan teknik analisa
dengan cara memperbandingkan laporan keuangan untuk dua periode aatu lebih.
2. Trend atau tendesi posisi dan kemajuan keuangan perusahaan yang dinyatakan
dalam prosentase adalah suatu metode atau teknik analisa untuk mengetahui tendensi
daripada keadaan keuangannya, apakah menunjukkan tendensi tetap, naik atau
bahkan turun.
3. Laporan dengan prosentase per komponen atau common size statement adalah satu
metode analisa untuk mengetahui prosentase investasi pada masing-masing aktiva
terhadap total aktivanya, juga untuk mengetahui struktur permodalannya dan
komposisi perongkosannya yang terjadi dihubungkan dengan jumlah penjualannya.
4. Analisa Sumber dan Penggunaan Modal Kerja adalah suatu analisa untuk
mengetahui sumber-sumber serta penggunaan modal kerja atau untuk mengetahui
sebab-sebab berubahnya modal kerja dalam periode tertentu.
5. Analisa Sumber dan Penggunaan Kas adalah suatu analisa untuk mengetahui
sebab-sebab berubahnya jumlah uang kas atau untuk mengetahui sumber-sumber
serta penggunaan kas selama periode tertentu.
6. Analisa ratio adalah suatu metode analisa untuk mengetahui hubungan dari pos-pos
tertentu dalam neraca atau laporan rugi laba secara individu atau kombinasi dari
kedua laporan keuangan tersebut.
7. Analisa Perubahan Laba Kotor adalah suatu analisa untuk mengetahui sebab-sebab
perubahan laba kotor suatu perusahaan dari periode ke periode yang lain atau
perubahan laba kotor suatu periode dengan laba yang dibudgetkan untuk periode
tersebut.
8. Analisa Break Even adalah suatu analisa untuk menentukan tingkat penjualan yang
harus dicapai oleh suatu perusahaan tersebur tidak menderita kerugian,tetapi juga
belum memperoleh keuntungan.
2.4 Analisis Ratio
2.4.1 Pengertian Analisis Ratio
Laporan keuangan merupakan alat yang sangat penting untuk memperoleh
informasi sehubungan dengan posisi keuangan dan hasil-hasil yang telah dicapai
perusahaan.Data keuangan tersebut akan lebih berarti bagi pihak yang berkepentingan
apabila data tersebut diperbandingkan dengan dua periode atau lebih dan analisa lebih
lanjut sehingga dapat diperoleh data yang akan mendukung keputusan yang akan
diambil.
Analisis ratio adalah suatu metode analisis untuk mengetahui hubungan dari
pos-pos tertentu dalam neraca atau laporan rugi laba secara individu atau kombinasi
dari kedua laporan tersebut (Munawir,1995:37).
Ratio menggambarkan suatu hubungan antara suatu jumlah tertentu dengan
jumlah yang lain dan dengan menggunakan alat analisa berupa ratio akan dapat
menjelaskan dan menggambarkan kepada penganalisa tentang baik buruknya keadaan
posisi keuangan suatu badan usaha terutama apabila angka ratio tersebut dapat
dibandingkan dengan angka ratio pembanding yang digunakan sebagai standart.
Sebagai standart atau pembanding penganalisa dapat ditentukan alternatif sebagai
berikut:
(a) Didasarkan pada catatan kondisi keuangan dan hasil operasi perusahaan
tahun-tahun yang lampau.
(b)Didasarkan pada ratio dari perusahaan lain yang menjadi pesaingnya dipilih
satu perusahaan alternatif yang tergolong maju dan berhasil.
(c) Didasarkan pada data laporan keuangan yang dibudgetkan (disebut “goal
ratio”).
(d)Didasarkan pada ratio industri,dimana perusahaan yang bersangkutan masuk
sebagian.
Munawir,1995:67 menyatakan bahwa ratio bukanlah merupakan angka
pembanding yang ideal atau bukanlah merupakan ukuran yang pasti,tetapi standart
ratio dapat digunakan sebagai pedoman atau pegangan bagi penganalisa.
Apabila dalam pembanding ini terdapat penyimpangan yang cukup besar maka perlu
bagi penganalisa untuk mengadakan penelitian lebih jauh. Sebab penyimpangan
tersebut mungkin sekali ditimbulkan oleh hal-hal luar biasa yang hanya terjadi dalam
perusahaan yang dianalisis.
Dalam mengadakan pembanding rasio, penganalisis jangan hanya berpegang
pada standar rasio saja tetapi harus memperhatikan rasio yang data keuangannya
sedang dianalisis. Dengan membandingkan angka rasio periode sekarang dengan
angka periode yang lalu akan diketahui perubahannya.
2.4.2 Penggolongan Ratio
Menurut Munawir,1995:68 pada dasarnya macam atau jumlah angka-angka
ratio,itu banyak sekali karena ratio dapat dibuat menurut kebutuhan
penganalisa,namun demikian angaka-angaka ratio yang ada pada dasarnya dapat
digolongkan menjadi dua kelompok. Golongan yang pertama adalah berdasarkan
sumber data keuangan yang merupakan unsure atau elemen dari angka ratio tersebut
dan penggolongan yang kedua adalah didasarkan pada tujuan penganalisa.
Berdasarkan sumber datanya maka angka ratio dapat dibedakan antara :
a. Ratio-ratio neraca (balance sheet ratio) yang tergolong dalam kategori ini
adalah semua ratio yang semua datanya diambil atau bersumber pada neraca,
misalnya current ratio, acid test ratio.
b. Ratio-ratio Laporan Rugi laba (income statement ratio) yaitu angka-angka
ratio yang dalam penyajiannya semua datanya diambil dari laporan Rugi-laba,
misalnya gross profit margin, net operating margin, operating ratio dan lain
sebagainya.
c. Ratio-ratio antar laporan (interatatement ratio) ialah semua angka ratio yang
penyusunannya datanya berasal dari neraca da data lainnya dari laporan rugilaba,
misalnya tingkat perputaran persediaan (inventory turn over), tingkat
perputaran piutang (account receivable turn over).
Tujuan tiap penganalisa pada umumnya adalah untuk mengetahui tingkat
rentabilitas, solvabilitas dan likuiditas dari perusahaan yang bersangkutan, oleh
karena itu angka-angka ratio pada dasarnya juga dapat digolongkan antara (1) ratioratio
likuiditas, (2) ratio-ratio solvabilitas, (3) ratio-ratio rentabilitas dan ratio-ratio
lain yang sesuai dengan kebutuhan penganalisa misalnya ratio-ratio aktivitas
(Munawir ,1995: 69)
Menurut (Riyanto,2001:331)pengelompokan ratio keuangan sebagai berikut :
a. Rasio likuiditas adalah rasio-rasio yang dimaksudkan untuk mengukur
likuiditas perusahaan (current ratio, Acid test ratio).
b. Rasio Leverage adalah rasio-rasio yang dimaksudkan untuk mengukur sampai
berapa jauh aktiva perusahaan dibiayai dengan utang (Debt to total assets
ratio, Net worth to debt ratio dan lain sebagainya).
c. Rasio-rasio aktivitas yaitu rasio-rasio yang dimaksudkan untuk mengukur
sampai seberapa besar efektivitas perusahaan dalam mengerjakan sumbersumber
dananya (inventory turnover, average collection period dan lain
sebagainya.
d. Rasio-rasio profitabilitas yaitu rasio-rasio yang menunjukkan hasil akhir dari
sejumlah kebijaksanaan dan kemampuan-kemampuan (Profit margin on sales,
Return on total assets, return on net worth dan lain sebagainya).
2.5 Likuiditas
Likuiditas adalah berhubungan dengan masalah kemampuan suatu perusahaan
untuk memenuhi kewajiban finansiilnya yang segera harus dipenuhi (Bambang
Riyanto,2001:25). Sedangkan menurut (Muslich, 2003:47) likuiditas menunjukkan
tingkat kemudahan relatif suatu aktiva untuk segera dikonversikan ke dalam kas yang
sedikit atau tanpa penurunan nilai, serta tingkat kepastian tentang jumlah kas yang
dapat diperoleh.
Perusahaan yang mampu memenuhi kewajiban keuangan tepat pada waktunya
berarti perusahaan tersebut dalam keadaan “likuid”, dan perusahaan dikatakan
mampu memenuhi kewajiban keuangan tepat pada waktunya apabila perusahaan
tersebut mempunyai alat pembayaran ataupun aktiva lancar yang lebih besar daripada
utang lancar atau utang jangka pendeknya.
Sebaliknya jika perusahaan tidak dapat segera memenuhi kewajiban keuangan
pada saat ditagih, berarti perusahaan tersebut dalam keadaan “illikuid”. Menurut
Munawir,1995:72 suatu perusahaan dikatakan mempunyai posisi keuangan yang kuat
apabila mampu :
1. Memenuhi kewajiban-kewajibannya tepat waktunya, yaitu pada waktu ditagih
(kewajiban keuangan terhadap pihak extern).
2. Memelihara modal kerja yang cukup untuk operasi yang normal (kewajiban
keuangan intern).
3. Membayar bunga dan devidend yang dibutuhkan.
4. Memelihara tingkat kredit yang menguntungkan.
Untuk menilai posisi keuangan jangka pendek berikut ini diberikan beberapa
ratio yang dapat digunakan sebagai alat untuk menganalisa dan menginterprestasikan
data tersebut :
a. Current Ratio
Current Ratio merupakan perbandingan antara jumlah aktiva lancar dengan
hutang lancar.Sedangkan menurut Riyanto,2001:26 Current ratio kurang dari 2 : 1
dianggap kurang baik,sebab apabila aktiva lancar turun sampai lebih dari 50 %, maka
jumlah aktiva lancarnya tidak akan cukup lagi untuk menutup utang lancarnya.
Pedoman current ratio 2 : 1 sebenarnya hanya didasarkan prinsip hati-hati. Current
ratio ini menunjukkan tingkat keamanan (margin safety) kreditur jangka pendek,atau
kemampuan perusahaan muntuk membayar utang-utang tersebut. Dengan demikian
pedoman current ratio 200%, bukanlah yang mutlak artinya bahwa setiap perusahaan
mempunyai ratio minimum yang berbeda-beda tergantung besarnya rasio minimum
yang ditetapkan.
b. Acid test ratio
Acid test ratio merupakan perbandingan antara aktiva lancer setelah dikurangi dengan
persediaan dengan hutang lancar. Ratio ini merupakan ukuran kemampuan
perusahaan dalam memenuhi kewajibankewajibannya dengan tidak
memperhitungkan persediaan, karena persediaan memerlukan waktu yang relatif lama
untuk direalisir menjadi uang kas. Aktiva lancar yang mempunyai tingkat likuiditas
yang tinggi antara lain : kas dan piutang. Elemen persediaan barang tidak
diperhitungkan karena persediaan dipandang sebagai elemen aktiva lancer yang
tingkat likuiditas rendah dan sering pula mengalami fluktuasi harga.
Apabila kita hendak menggunakan acid test ratio untuk menentukan tingkat
likuiditasnya,maka secara umum dapatlah dikatakan bahwa suatu perusahaan
mempunyai acid test ratio kurang dari 1 : 1 atau 100% dianggap kurang baik tingkat
likuiditasnya.
2.6 Rentabilitas
Rentabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba
selama periode tertentu (Bambang Riyanto,2001:35).
Sedangkan menurut Munawir,1995:86 Rentabilitas adalah menunjukkan
kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu.
Bagi perusahaan pada umumnya masalah rentabilitas adalah lebih penting
daripada masalah laba, karena yang besar saja belumlah merupakan ukuran bahwa
perusahaan itu telah dapat bekerja dengan efisien. Efisien baru dapat diketahui
dengan membandingkan laba yang diperoleh dengan kekayaan atau modal yang
menghasilkan laba tersebut, atau dengan kata lain ialah menghitung rentabilitasnya.
Cara untuk menilai rentabilitas suatu perusahaan adalah bermacam-macam
dan tergantung pada laba dan aktiva atau modal mana yang akan diperbandingkan
satu dengan yang lainnya. Apakah yang diperbandingkan itu laba yang berasal dari
operasi atau usaha atau laba netto setelah pajak diperbandingkan dengan keseluruhan
aktiva ataukah yang akan diperbandingkan itu netto setelah pajak dengan jumlah
modal sendiri.(Bambang Riyanto,2001:36) Cara yang digunakan untuk penilaian
rentabilitas yaitu sebagai berikut :
a). Rentabilitas Modal Sendiri
Rentabilitas modal sendiri mempunyai istilah lain yaitu rate of return on net worth
(RONW) dan rate of return on owners equity (ROE).
Rentabilitas modal sendiri atau sering dinamakan rentabilitas usaha adalah
perbandingan antar jumlah laba yang tersedia bagi pemilik modal sendiri disatu pihak
dengan jumlah modal sendiri yang menghasilkan laba tersebut. Modal sendiri adalah
kemampuan perusahaan dengan modal sendiri yang bekerja didalamnya untuk
menghasilkan keuntungan. Laba yang diperhitungkan adalah laba usaha setelah
dikurangi dengan pajak perusahaan.
Untuk menghitung rentabilitas modal sendiri maka :
1. Laba yang diperhitungkan adalah laba usaha setelah dikurang pajak.
2. Modal sendiri adalah modal yang berasal dari perusahaan sendiri.
b). Rentabilitas Ekonomi
Rentabilitas ekonomi dimaksudkan sebagai kemampuan suatu perusahaan dengan
seluruh modal yang bekerja didalamnya untuk menghasilkan laba (Riyanto,2001:36)
Rentabilitas ekonomi mempunyai istilah lain yaitu Rate of return on investment
(ROI).
Modal yang diperhitungkan untuk menghitung rentabilitas ekonomi hanyalah modal
yang bekerja didalam perusahaan. Dengan demikian maka modal yang ditanamkan
dalam perusahaan lain atau modal yang ditanamkan dalam efek tidak diperhitungkan
dalam menghitung rentabilitas ekonomi.
Demikian pula dengan laba yang diperhitungkan untuk menghitung rentabilitas
ekonomi hanyalah laba yang berasal dari operasi perusahaan. Tinggi rendahnya
rentabilitas ekonomi ditentukan ditentukan dua faktor yaitu:
1. Profit margin yaitu perbandingan antara net operating income dengan net
sales, perbandingan tersebut dinyatakan dengan turn of operating as
prosentase.
2. Turn operating asset (tingkat perputaran aktiva usaha) yaitu kecepatan
perputaran operating asset dalam suatu periode.
2.7 Aktivitas
Menurut Riyanto (2001:331) Rasio aktivitas yaitu rasio yang dimaksudkan
untuk mengukur seberapa besar efektivitas perusahaan dalam menggunakan dananya.
Untuk mengukur rasio aktivitas dapat digunakan antara lain:
1. Total Asset Turnover
Yaitu kemampuan dana yang tertanam dalam keseluruhan aktiva yang berputar dalam
perusahaan dalam satu periode tertentu atau kemampuan modal yang diinvestasikan
untuk menghasilkan revenue.
Dalam menaksirkan rasio ini harus berhati-hati karena rasio ini mempunyai
beberapa kelemahan antara lain:
a. Rasio ini hanya menunjukkan hubungan antara penghasilan dengan aktiva yang
dipergunakan dan tidak memberikan gambaran tentang laba yang diperoleh.
b. Bahwa tingkat penjualan yang diperoleh mungkin sekali dipengaruhi oleh berbagai
faktor di luar kemampuan perusahaan untuk diatasi.
2. Working Capital Turnover
Yaitu kemampuan modal kerja berputar dalam satu periode.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi.1998. Prosedur Penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Baridwan, Zaki. 2000. Intermediate Accounting. Yogyakarta: BPFE.
Djarwanto. 1989. Pokok-pokok Analisa Keuangan. Yogyakarta: BPFE.
Ikatan Akuntan Indonesia. 1994. Standart Akuntansi Keuangan. Jakarta. Salemba
Empat.
Munawir. 1995. Analisa Laporan Keuangan. Yogyakarta: Liberty.
Muslich, Mohamad. 2003. Manajemen Keuangan Modern. Jakarta: Bumi Aksara.
Riyanto, Bambang. 2001. Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan. Yogyakarta:
BPFE.
Sriyadi.1991. Pengantar Ilmu Ekonomi Perusahaan Modern. IKIP Semarang.

PENGARUH MODAL KERJA TERHADAP RENTABILITAS PERUSAHAAN PADA PT. X


PENGARUH MODAL KERJA TERHADAP RENTABILITAS
PERUSAHAAN PADA PT. X
MAKALAH
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Seminar Manajemen
Keuangan
Oleh :
Fipiet Dwifitriani
NIM : 3402070040

FAKULTAS EKONOMI
PRODI MANAJEMEN
UNIVERSITAS GALUH
CIAMIS
2009
KATA PENGANTAR
Dengan mengucap syukur alhamdulillah atas kehadirat Allah swt yang telah
memberikan rahmat dan karunianya kepada penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan pembuatan makalah ini dengan judul “Pengaruh Struktur Modal
Terhadap Nilai Perusahaan X”.
Tujuan penulis membuat makalah ini untuk memenuhi salah satu tugas Mata
Kuliah Seminar Manajemen Keuangan.
Dengan ini penulis sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyelesaian makalah ini, meskipun dalam pembuatan ini masih
jauh dari sempurna, untuk itu penulis mengharapkan saran dan masukan yang
bersifat membangun agar makalah ini dapat berguna bagi penulis khususnya dan
masyarakat pada umumnya.

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh pemerintah sekarang ini tidak
lain bertujuan untuk mempercepat laju pertumbuhan ekonomi, antara lain
diwujudkan melalui kebijakan deregulasi diberbagai bidang usaha.
Dalam era deregulasi ini, pemerintah mengurangi campur tangan secara
langsung dalam mengatur dan mengendalikan perekonomian, sifat dan dinamika
dunia usaha bersumber pada inisiatif dan kreativitas dunia usaha sendiri. Peranan
mekanisme pasar di dalam kegiatan ekonomi semakin besar, sehingga kalangan
dunia usaha dituntut untuk berpacu dalam memenangkan pasar melalui
peningkatan efisiensi dan produktivitas.
Untuk mewujudkan semua tuntutan tersebut diperlukan suatu prinsip
pengelolaan yang efektif dan efisiensi serta produktif terhadap semua bagian yang
ada di perusahaan. Serta ditunjang oleh suatu tindakan pengendalian yang efektif
untuk mencegah timbulnya penyimpangan yang mengganggu terhadap kinerja
perusahaan.
Efisiensi operasi perusahaan akan berperanan penting terhadap
keberhasilan perusahaan dengan adanya laju pertumbuhan penjualan yang
meningkat. Peningkatan laju pertumbuhan penjualan membutuhkan adanya
penambahan pembiayaan, baik pembiayaan dalam aktiva lancar maupun aktiva
tetap.
1
Pembiayaan dalam aktiva lancar memiliki sifat mudah diuangkan dan
merupakan jumlah yang besar dalam perusahaan sehingga memerlukan perhatian
yang seksama dari manajer keuangan.
Pertumbuhan penjualan dengan kebutuhan pembiayaan aktiva lancar
memiliki hubungan yang langsung dalam perusahaan dagang. Contohnya bila
dalam perusahaan terdapat peningkatan penjualan secara kredit, maka piutang
dagang perusahaan akan meningkat pula. Peningkatan penjualan ini juga
mempengaruhi peningkatan persediaan barang. Disisi lain, perusahaan
memerlukan sumber pembiayaan dengan adanya peningkatan penjualan tersebut.
Hal diatas menghendaki pengaturan keuangan dalam aktiva lancar dan
hutang lancar yang berhubungan langsung dengan volume penjualan. Oleh karena
itu, dalam pengelolaannya, khususnya aktiva lancar yang terdapat dalam
manajemen modal kerja adalah cara yang tepat untuk digunakan dalam
meningkatkan penjualan agar perolehan laba perusahaan dapat meningkat.
Dalam upaya mewujudkan operasi perusahaan yang efisien, ukuran
keberhasilan belum cukup hanya dilihat dari besarnya laba yang diperoleh, tetapi
harus dilihat dari rentabilitasnya. Usaha perusahaan harus diarahkan pada
pencapaian tingkat rentabilitas maksimal.
Berdasarkan alasan diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian serta membahas masalah tersebut yang dituangkan dalam skripsi yang
berjudul: “Pengaruh Modal Kerja terhadap Rentabilitas Perusahaan pada PT. X”.
2
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian diatas, maka masalah-masalah yang
diidentifikasi adalah:
1.Bagaimana perkembangan modal kerja pada PT. X?
2.Bagaimana perkembangan rentabilitas ekonomi PT. X ?
3.Bagaimana pengaruh modal kerja terhadap rentabilitas ekonomi pada PT. X?
3
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1 Definisi Variable X
Yaitu variabel yang mempengaruhi variabel lain dalam kaitannya dengan
masalah yang sedang diteliti. Adapun variabel independen dalam penelitian ini
adalah Modal Kerja.
Modal diartikan oleh Alex S. Nitisemito (1983 : 30). Modal adalah elemen
– elemen dalam aktifa suatu neraca yang berupa uang kas, bahan baku, mesin,
gedung dan sebagainya. Sedangkan sumber dana modal adalah apa yang dapat
dilihat dalam pasiva suatu neraca yaitu : hutang lancar, hutang jangka panjang dan
modal sendiri”
2.2 Definisi Variable Y
Yaitu suatu variabel yang dipengaruhi oleh variabel lain dalam kaitannya
dengan masalah yang diteliti. Adapun variabel dependen dalam penelitian ini yaitu
Rentabilitas Ekonomi.
Menurut Josep L. Right (1989). Rentabilitas ekonomi ialah perbandingan
antara laba usaha dengan modal sendiri dan modal asing yang dipergunakan untuk
menghasilkan laba tersebut dan dinyatakan dalam persentase. Oleh karena
pengertian rentabilitas sering dipergunakan untuk mengukur efisiensi penggunaan
modal didalam suatu perusahaan, maka rentabilitas ekonomi sering pula
dimaksudkan sebagai kemampuan suatu perusahaan dengan seluruh modal yang
bekerja didalamnya untuk menghasilkan laba.
4
2.3 Kerangka Pemikiran
Perkembangan dan pertumbuhan adalah sesuatu yang selalu menjadi
perhatian utama bagi setiap manajemen dalam mengelola usahanya, karena selain
merupakan salah satu keberhasilan bagi manajemen juga merupakan cara yang
efektif dalam mempertahankan hidup perusahaan dalam lingkungan yang cepat
berubah. Sehubungan dengan itu, pada umumnya setiap perusahaan telah
mempersiapkan perencanaan yang sistematis untuk dapat mengarahkan dan
mengendalikan sumber dayanya untuk mencapai pertumbuhan dan perkembangan
yang diharapkan.
Dalam kenyataan perkembangan dari pertumbuhan perusahaan dapat
ditentukan oleh beberapa hal. Salah satunya adalah melalui perluasan modal, baik
perluasan modal kerja atau modal kerja dan modal tetap yang digunakan secara
tetap dan terus-menerus di dalam perusahaan.
Pada PT. X, modal kerja merupakan unsur yang berperan dalam
menghasilkan pendapatan. Tingginya investasi perusahaan dalam aktiva lancar
menunjukkan hal tersebut. PT. X harus menyediakan modal kerja untuk
menjalankan kegiatan sehari-hari yang digunakan untuk membiayai kebutuhankebutuhannya
seperti pembelian suku cadang, bahan baku barang-barang,
pembayaran gaji, upah, biaya perawatan dan sebagainya.
Ketidaktepatan dalam menentukan jumlah modal kerja yang dibutuhkan
akan mengakibatkan kegiatan perusahaan terganggu, dan bila hal ini berlangsung
terus-menerus akan mempengaruhi kelangsungan perusahaan Dengan demikian
pengelolaan aktiva lancar melalui perkembangan modal kerja merupakan salah
satu aspek penting yang dibutuhkan oleh PT. X. Penerapan modal kerja yang tepat
5
akan lebih mendorong pencapaian pertumbuhan dan perluasan kegiatan
perusahaan.
Modal kerja mengandung dua pengertian pokok, yaitu pertama modal kerja
bersih (net working capital) yang merupakan kelebihan aktiva lancar diatas hutang
lancarnya. Kedua adalah modal kerja bruto (gross working capital) yang
merupakan keseluruhan dari jumlah aktiva lancar.
Pada umumnya perusahaan harus dapat mempertahankan jumlah aktiva
lancar yang lebih besar dibanding hutang lancarnya, hal ini agar perusahaan
mempunyai kemampuan untuk membayar kebutuhan-kebutuhan jangka
pendeknya. Akan tetapi dalam hubungan dengan fungsi modal kerja dalam
menghasilkan pendapatan, maka perhatian selanjutnya akan terfokus pada masalah
penggunaan dana atau alokasi dana daripada mendapatkan dana sehingga dengan
demikian pengertian yang digunakan adalah pengertian modal kerja bruto. Aktiva
lancar umumnya terdiri dari kas, efek, piutang dagang, persediaan barang dan
sebagainya. Apabila tidak tepat dalam pengelolaannya akan mempengaruhi
kelangsungan hidup perusahaan.
Hal ini dapat dilihat dari pengertian manajemen modal kerja menurut James
C Van Home (1998,374) adalah sebagai berikut:
“Working capital management is usually described as involving the
administration of these assets namely cash and marketable securities, receivable
and inventories and administration of current liabilities”
6
Manajemen modal kerja meliputi semua aspek pengaturan current account
perusahaan (aktiva lancar dan hutang lancar) dengan tujuan agar terjamin modal
kerja bersih yang acceptable (dapat diterima) yang menjamin tingkat likuiditas
badan usaha.
Disamping aspek pertimbangan likuiditas, aspek pertimbangan rentabilitas
dalam manajemen modal kerja merupakan hal yang penting, karena bagaimanapun
tujuan setiap kegiatan perusahaan adalah untuk memperoleh laba, dan salah satu
cara untuk memperbesar memperoleh laba adalah dengan meningkatkan efisiensi
penggunaan dana perusahaan melalui manajemen modal kerja. Akan tetapi laba
yang tinggi belumlah merupakan ukuran bahwa perusahaan itu telah dapat bekerja
dengan efisien. Efisien baru dapat diketahui dengan membandingkan laba yang
diperoleh dengan kekayaan atau modal yang menghasilkan laba tersebut.
Hal ini dapat dilihat pada pengertian rentabilitas yang dikemukakan oleh
Bambang Riyanto (2001,35) sebagai berikut: “Rentabilitas suatu perusahaan
menunjukkan perbandingan antara laba dengan aktiva atau modal yang
menghasilkan laba. Dengan kata lain rentabilitas adalah kemampuan perusahaan
untuk menghasilkan laba”
7
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Modal Kerja
Dengan modal kerja dimaksudkan semua aktiva (assets) = harta-harta)
perusahaan yang hanya satu kali terpakai didalam proses produksi. Termasuk
kedalam modal kerja antara lain : bahan baku, bahan pembantu, produk setengah
jadi, dan produk jadi. Piutang-piutang yang tidak dapat seketika ditagih juga
dimasukkan kedalam golongan modal kerja.
Modal kerja adalah modal yang digunakan oleh perusahaan sebagai biaya
operasi perusahaan yang perputaran kasnya kurang sari satu tahun melalui hasil
penjualan produksinya.
Konsep modal kerja :
1. Konsep kuantitatif (modal kerja bruto) : merupakan jumlah keseluruhan aktiva
lancar.
2. Konsep kualitatif (modal kerja netto) : merupakan kelebihan aktiva lancar atas
hutang lancar.
3. Konsep fungsional : merupakan fungsi aktiva pada dana dalam menghasilkan
pendapatan.
8
Jenis modal kerja :
1. Modal kerja permanen (permanen working capital) : adalah modal kerja yang
harus terus ada pada perusahaan untuk dapat terus menjalankan fungsinya.
Modal kerja permanen dibedakan menjadi :
a. Modal kerja primer : modal kerja minimum yang harus ada pada perusahaan
untuk menjamin kontinuitas perusahaan.
b. Modal kerja normal : modal kerja yang diperlukan untuk menyelenggarakan luas
produksi.
2. Modal kerja variabel : modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah sesuai dengan
perubahan keadaan.
Modal kerja variabel dibedakan menjadi :
a. Modal kerja musiman : modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah yang
disebabkan fluktuasi musim.
b. Modal kerja siklis : modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah karena fluktuasi
konjungtur.
c. Modal kerja darurat : modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah karena
keaddaan darurat yang tidak diketahui sebelumnya.
Penentuan besarnya kebutuhan modal kerja tergantung pada besar kecilnya :
1. Periode perputaran/periode terikatnya modal kerja : merupakan keseluruhan
atau jumlah dari periode yang meliputi jangka waktu pemberian kredit,
pembelian, penyimpanan bahan baku dan jangka waktu penerimaan
piutang.
9
2. Pengeluaran kas rata-rata tiap hari : merupakan pengeluaran kas rata-rata setiap
harinya untuk keperluan pembelian bahan mentah, bahan pembantu, membayar
upah dan biaya lain.
3.2 Rentabilitas Ekonomi
Rentabilitas adalah mengukur kemampuan perusahaan untuk memperoleh
laba yang efektif.
Rentabilitas ekonomi adalah membandingkan antara laba usaha dengan modal
sendiri dan modal asing.
Cara mempertinggi rentabilitas :
1. Memperbesar profit margin :
a. Menambah biaya operasi sampai tingkat tertentu dengan mendapatkan tambahan
penjualan sebesar-besarnya.
b. Mengurangi penghasilan dari penjualan sampai tingkat tertentu dengan
mengurangi biaya operasi sebesar-besarnya.
2. Memperbesar Turn Over of Assets :
a. Menambah modal usaha sampai tingkat tertentu dengan tambahan penjualan
yang sebesar-besarnya.
b. Mengurangi penjualan sampai tingkat tertentu dengan mengurangi modal usaha
sebesar-besarnya.
10
3.3 Pengaruh Modal Kerja Terhadap Rentabilitas Ekonomi
Rentabilitas ekonomi ialah perbandingan antara laba usaha dengan modal
sendiri dan modal asing yang dipergunakan untuk menghasilkan laba tersebut dan
dinyatakan dalam persentase. Oleh karena pengertian rentabilitas sering
dipergunakan untuk mengukur efisiensi penggunaan modal didalam suatu
perusahaan, maka rentabilitas ekonomi sering pula dimaksudkan sebagai
kemampuan suatu perusahaan dengan seluruh modal yang bekerja didalamnya
untuk menghasilkan laba.
Rentabilitas dikaitkan dengan modal kerja adalah diukur dengan penjualan
dikurangi biaya atau laba operasi. Laba perusahaan dapat meningkat melalui dua
cara:
1. Meningkatkan pendapatan dari penjualan.
2. Menurunkan biaya-biaya.
Biaya dapat dikurangi dengan meningkatkan efisiensi pengeluaran pada
pos-pos tertentu, sedangkan pendapatan dari penjualan dapat dinaikkan dengan
meningkatkan investasi yang mampu menghasilkan tingkat pendapatan yang lebih
tinggi. Modal yang diperhitungkan untuk menghitung rentabilitas ekonomi
hanyalah modal yang bekerja didalam perusahaan {operating assets capital).
Dengan demikian, maka modal yang ditanam dalam perusahaan lain tidak
diperhitungkan untuk menghitung rentabilitas ekonomi.
Demikian pula laba yang diperhitungkan untuk menghitung rentabilitas
ekonomi hanyalah laba yang berasal dari operasi perusahaan, yaitu yang disebut
laba usaha (net operating income).
11
Dengan demikian, maka laba yang diperoleh dari usaha-usaha diluar
perusahaan tidak diperhitungkan dalam menghitung rentabilitas ekonomi.Dari
uraian pemikiran tersebut diatas, penulis mengemukakan suatu hipotesis yang akan
dijadikan sebagai dasar pemikiran dalam penelitian dan pengujian yang dilakukan
yaitu: “ modal kerja berpengarnh terhadap rentabilitas ekonomi perusahaan”.
12
BAB IV
KESIMPULAN
Modal kerja merupakan unsur yang berperan dalam menghasilkan
pendapatan. Tingginya investasi perusahaan dalam aktiva lancar menunjukkan hal
tersebut. PT. X harus menyediakan modal kerja untuk menjalankan kegiatan
sehari-hari yang digunakan untuk membiayai kebutuhan-kebutuhannya seperti
pembelian suku cadang, bahan baku barang-barang, pembayaran gaji, upah, biaya
perawatan dan sebagainya.
Ketidaktepatan dalam menentukan jumlah modal kerja yang dibutuhkan
akan mengakibatkan kegiatan perusahaan terganggu, dan bila hal ini berlangsung
terus-menerus akan mempengaruhi kelangsungan perusahaan Dengan demikian
pengelolaan aktiva lancar melalui perkembangan modal kerja merupakan salah
satu aspek penting yang dibutuhkan oleh PT X. Penerapan modal kerja yang tepat
akan lebih mendorong pencapaian pertumbuhan dan perluasan kegiatan
perusahaan.
Modal kerja mengandung dua pengertian pokok, yaitu pertama modal kerja
bersih (net working capital) yang merupakan kelebihan aktiva lancar diatas hutang
lancarnya. Kedua adalah modal kerja bruto (gross working capital) yang
merupakan keseluruhan dari jumlah aktiva lancar.
13
Daftar Pustaka
· William L Ferrara, CAPITALBUDGETING AND FINANCING OR
LEASING DECISIONS, Artikel dalam majalah “MANAGEMENT
ACCOUNTING” Section 1, Volume XLIX, Number 10 Juli 1983.
· Avery B Cohan, FINANCIAL DECISION MAKING. Theory and Practice,
1972.
· The Ronald Press Company, New York, FINANCIAL HANDBOOK,
Fourth Edition, 1986.